Aku masih ingat hari-hari pertama setelah melahirkan. 10 Juli 2024 lalu, aku melahirkan anak pertamaku. Perasaan bahagia bercampur haru, tapi juga ada kegelisahan besar: bayiku sulit menyusu langsung. Setiap kali aku coba, ia menangis keras, seakan tidak nyaman menempel di payudara.
Aku panik, takut gagal memberi ASI eksklusif. Hingga dihari ke-6 kelahirannya, berat badannya turun cukup drastis, yakni dari 3,1 kg ke 2,7 kg.
Aku harus mencari cara bagaimana agar aku bisa tetap memberikan ASI, setidaknya sampai 6 bulan.
Di titik itu, aku mengenal metode Eping (Exclusive Pumping). Awalnya asing sekali di telinga, tapi ternyata inilah jembatan yang menyelamatkan perjalanan menyusuiku.
Daftar Isi
Apa itu Eping?
Eping (Exclusive Pumping) adalah metode pemberian ASI di mana ibu tidak menyusui bayi secara langsung dari payudara, tetapi rutin memerah ASI dengan pompa kemudian memberikannya melalui botol.

Bagi sebagian ibu, eping menjadi solusi praktis ketika mengalami kendala menyusui langsung (direct breastfeeding), misalnya karena bayi mengalami bingung puting, ibu bekerja di luar rumah, atau masalah latch yang membuat bayi sulit menyusu.
Awal Perjalanan: Antara Pompa, Botol, dan Harapan
Hari-hari awal eping terasa seperti maraton. Setiap 2–3 jam sekali aku duduk dengan pompa, berharap ASI yang keluar cukup untuk kebutuhan si kecil. Suara mesin pompa yang monoton menjadi musik pengantar di tengah malam. Kadang hasilnya hanya sedikit, dan aku menangis melihat botol yang tak kunjung penuh.
Tapi ada juga rasa lega—setiap tetes yang terkumpul terasa seperti hadiah. Bayiku tetap bisa mendapatkan ASI, meski tidak langsung dari tubuhku.
Tidak jarang aku merasa lelah. Tumpukan botol yang harus dicuci, jadwal pumping yang tak kenal waktu, bahkan rasa iri melihat ibu lain yang bisa menyusui langsung dengan mudah.
Ingat betul ketika pertama kali pumping, ASI yang keluar hanya 2 – 3 tetes dalam waktu 15 menit. Capek? Iya! Tapi aku tidak menyerah.

Akhirnya cari informasi tentang teknik pumping yang benar, tanya sana-sini sampai ikut kelas mengasihi dengan metode Eping.
Aku belajar bahwa eping bukan sekadar soal fisik, tapi juga mental. Ada masa aku hampir menyerah, tapi dukungan pasangan dan keluarga membuatku bertahan. Saat suami ikut memberi ASI lewat botol, aku merasa perjalanan ini bukan hanya “perjuangan seorang ibu”, tapi juga perjalanan kami bersama sebagai orang tua.


Apalagi aku adalah ibu pekerja, dimana setelah masa cuti 3 bulan selesai, aku harus kembali ke rutinitas sebagai seorang dosen yang memiliki tuntutan pekerjaan yang cukup tinggi. Dari sana aku semakin merasa bahwa inilah takdir. Ada beberapa manfaat menjadi Mom Eping yang aku rasakan:
- Tetap menjaga bonding dengan bayi lewat kontak mata saat memberi ASI perah.
- Bayi tetap mendapatkan nutrisi terbaik dari ASI.
- Ibu bisa berbagi tugas memberi ASI dengan pasangan atau siapapun yang mengasuh (kebetulan anakku diasuh oleh Mama Mertua apabila aku tinggal kerja)
- Memberi rasa lega bagi ibu yang mengalami trauma menyusui langsung.
Pelajaran yang bisa Dipetik
Dari eping, aku belajar tiga hal penting:
- Disiplin dan konsistensi adalah kunci. Tanpa jadwal rutin, produksi ASI bisa menurun.
- Self-care itu wajib. Minum cukup, makan bergizi, dan memberi waktu untuk istirahat.
- Tidak ada cara yang salah dalam memberi kasih sayang. Menyusui langsung atau pumping, semua sah asal bayi tetap sehat dan ibu bahagia.
Tips Sukses Menjadi Mom Eping
Bagi kamu, para ibu baru yang mempunyai masalah sepertiku beriku tips and trik yang bisa aku bagi agar perjalanan menjadi eping menjadi sedikit lebih menyenangkan.
- Perhatikan nutrisi dan hidrasi ibu, cukup minum air dan konsumsi makanan bergizi.
- Atur jadwal pumping secara konsisten, idealnya setiap 2–3 jam.
- Gunakan pompa ASI berkualitas agar lebih nyaman dan efisien.
- Lakukan power pumping bila produksi mulai berkurang.
- Simpan ASI dengan benar di kulkas atau freezer sesuai standar WHO.
- Tetap tenang dan bahagia karena suasana hati memengaruhi produksi ASI.
Bahagia dalam Cara yang Berbeda
Kini, saat melihat bayiku tumbuh sehat dengan pipi tembamnya, aku tersenyum. Ternyata cinta seorang ibu bisa mengalir lewat banyak jalan. Bukan hanya lewat payudara, tapi juga lewat botol kecil berisi ASI yang dipompa dengan penuh perjuangan.

Demikian cerita tentang pengalaman jadi mom eping. Metode Eping mungkin penuh tantangan, tapi bagiku ia adalah bukti bahwa kasih sayang bisa menemukan jalannya sendiri. Dan yang terpenting: setiap ibu berhak memilih cara terbaik untuk dirinya dan bayinya.