Dokar Hias : Sarana Transportasi Tradisonal Denpasar Heritage City Tour

Kota Denpasar sebagai ibu kota pulau Bali yang terkenal sebagai ikon pariwisata Indonesia ini seolah tak mau kalah dengan turut ambil bagian untuk menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara agar datang berkunjung ke Kota Denpasar. Meskipun memiliki objek wisata Pantai Sanur yang sangat terkenal,  kali ini Kota Denpasar kembali membangkitkan daya tarik wisata andalan yaitu : Denpasar Heritage City Tour. Sudah lama sebenarnya saya ingin berkeliling Kota Denpasar, meskipun tinggal dekat Denpasar dan sering ke Denpasar, saya sekalipun belum pernah dengan sengaja menelusuri kota sejuta pesona ini untuk benar-benar merasakan sensasi city tournya.

Membaca berita tentang adanya pengembangan Delman atau Dokar sebagai salah satu sarana transportasi yang anti mainstream di kota membuat saya lebih penasaran dan ingin segera mencobanya!  Baru Weekend kemarin saya dan dua teman lainnya mewujudkan  keinginan ini.

Berangkat dari kampus STPBI, kami akhirnya tiba di Tourism Information Centre (ITC)  di Jalan Untung Surapati tempat mangkalnya Dokar hias ini.

Information Tourism Centre – Pangkalan Dokar Hias

Saat tiba di lokasi, kami cukup terkesima dengan antusias masyarakat lokal yang mengantri di depan Gedung ITC dan sangat dekat dengan kawasan Pura Jagatnatha dan Museum Bali. Kebanyakan dari mereka adalah warga lokal yang sengaja melancong untuk naik dokar.

Warga lokal yang mengantri naik dokar

Ternyata, setiap Sabtu-Minggu keberadaan alat transportasi tradisional “Dokar Hias” ini dapat dimanfaatkan oleh wisatawan secara gratis sebagai sarana transportasi untuk menelusuri Denpasar Heritage City Tour. Pantesan banyak banget yang ngantri, hehe.

Oh ya, Dokar Hias ini dapat dinikmati dari pukul 09.00 Wita – Dinas Pariwisata Kota Denpasar menginisiasi bangkitnya transportasi tradisional ditengah arus perkembangan transportasi modern ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada wisatawan yang berlibur di Kota Denpasar sekaligus pengembangan pariwisata Denpasar Heritage City tour itu sendiri. Wisatawan diharapkan mendapatkan pengalaman yang berbeda ketika berkunjung ke tempat ini, back to old era. Untuk saat ini, hanya terdapat 8 dokar + kusir yang dengan senang hati mengantarkan wisatawan berkeliling di kawasan tersebut dengan kapasitas 1 dokar 3-4 orang penumpang.

Pertama-tama, untuk bisa menikmati fasilitas ini, kita harus menulis buku kunjungan di depan Gedung ITC. Setelah itu baru deh ikutan mengantri. Sayangnya, disini tidak disediakan nomor antrian, dari sekian banyaknya pengunjung yang mengantri, kita tidak bisa tahu yang mana yang datang  lebih dulu yang mana datang belakangan. Alhasil jadinya rebutan deh, ada juga ibu-ibu yang nerobos pengen duluan padahal datang belakangan, huhu.

Mengisi buku kunjungan terlebih dahulu untuk menikmati dokar gratis

Setelah menunggu dan mengalah kurang lebih sekitar 20 menit, kami akhirnya kebagian juga. Kami pun segera naik ke kursi penumpang. Setelah berbincang-bincang selama perjalanan dengan Pak Mawe yang menjadi kusir kami, fasilitas dokar gratis ini hanya dapat dinikmati setiap hari Sabtu-Minggu saja, dan rutenya pun sangat singkat, yaitu hanya mengelilingi lapangan puputan badung yang dimulai dari ITC – Jalan Kapten Agung – Jalan Letda Regug – Patung Catur Muka – dan kembali ke ITC. Kurang lebih perjalanan hanya sekitar 5 menit. Kalau mau lebih lenggang dan lama, bisa datang saat weekdays dengan tarif Rp 40.000 – Rp 80.000 ribu/dokar. Tarif ini tergantung dari permintaan penumpang, pak kusir yang baik hati pun akan bersedia untuk mengantar dan menunggu. Jadi, kalau mau benar-benar nikmatin Denpasar Heritage City Tour, lebih baik datang saat weekdays.

Saat berkeliling dengan dokar menikmati suasana kota Denpasar yang ramai 😀
Kawasan Heritage Gajah Mada

2 komentar untuk “Dokar Hias : Sarana Transportasi Tradisonal Denpasar Heritage City Tour”

  1. Ya ms, daripada rebutan, mending mengalah saja. Tapi itu ramai warga lokal karena gratis ms (Setiap Sabtu dan Minggu), kalau weekdays kena charge between Rp 40k – Rp 80k tergantung rutenya.
    Saat kami berkunjung kesana, tidak ada tourist asing terpantau, namun menurut informasi Pak Kusir, tourist bakalan ramai saat weekdays, mungkin biar bisa lebih leluasa, gak usah antri kali ya..
    Kalau dari segi efektivitas, tentunya ini perlu sekali untuk ditingkatkan lagi. Masih banyak hal yang perlu dibenahi kalau menurut saya. Pertama dari wawasan kusirnya, ketersediaan tempat parkir, dan jalur khusus agar tidak menganggu dan diganggu pengendara motor/mobil. Disana siang-siang macetnya minta ampun, suara klakson dimana-dimana yang bisa saja menganggu kenyamanan wisatawan

  2. Wah keren.. Well explained and well informed. Kesel banged pasti ya diserobot ibu ibu, hehee. Miss belum tau ada ini nih, padahal deket rumah, hehe. By the way, yang ngantre ada turis kah? Menurut Natih apakah sudah efektif? Atau kurang promosi mungkin ya. Bisa jadi penelitian ini 🙂

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.