Pernikahan adalah suatu momen bahagia yang ditunggu-tunggu oleh semua pasangan, termasuk saya dan suami. Setelah 8,5 tahun menjalin hubungan pacaran, akhirnya Rabu, 13 Desember 2023 adalah hari baik yang kami pilih untuk menyatukan komitmen hidup dan menua bersama.
Mumpung hari ini penghujung tahun 2023, saya tulis artikel ini sebagai perayaan momen bahagia kami, yang kelak bisa kami baca dan kenang bersama. Syukur-syukur bisa mejadi inspirasi bagi siapun yang membaca ya!
Kami adalah orang Bali yang hidup dan tumbuh pada lingkungan adat dan tradisi Bali yang masih sangat kental, termasuk salah satunya tradisi pernikahan adat Bali.
Meskipun saat ini banyak inspirasi pernikahan mewah dan megah, kami tetap memilih untuk melangsungkan pernikahan dengan sederhana namun tetap kental akan budaya dan tradisi Bali.
Daftar Isi
Berapa Dana yang dipersiapkan?
Pernikahan adat Bali digadang-gadangkan menjadi salah satu prosesi pernikahan yang memerlukan biaya besar minimal 60 – 200 juta. Besarnya biaya pernikahan ini membuat beberapa pasangan harus menabung bahkan berhutang. Namun, kami punya prinsip bahwa kelak jika menikah jangan sampai berhutang, karena khawatir akan membawa beban untuk kehidupan pernikahan kedepannya.
Lalu berapa dana yang kami persiapkan dan bagaimana cara mengumpulkan dana pernikahan?
Yup! dengan cara menabung. Kami memiliki tabungan bersama di rekening bluGether BCA Digital yang bisa kami isi setiap bulan dalam jangka waktu 2 tahun. Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Sampai akhirnya kami bisa mengumpulkan dana pernikahan sebesar 90 juta rupiah.
Total dana yang dikeluarkan untuk pernikahan ini kurang lebih 80 juta rupiah, belum termasuk beberapa hadiah makanan dan minuman yang diberikan oleh saudara-saudara dekat.
Jadi, dalam pernikahan adat Bali, jika ada anggota keluarga yang melangsungkan pernikahan di Bali, biasanya saudara-saudara terdekat akan memberikan hadiah makanan dan minuman seperti jajan, buah, soft drink, dan bentuk in-kind sponsor yang lain untuk mendukung kelancaran pernikahan.
Bagaimana kalau di daerah lain? ceritakan di kolom komentar ya!
Kami menerima cukup banyak in-kind sponsor yang dapat menghemat pengeluaran kami. Jika tidak, mungkin biayanya bisa membengkak sampai 100 juta lebih. Terima kasih kepada para kerabat dan sahabat yang berkenan menjadi sponsor!
Bagaimana Pemilihan Outfit, Riasan, dan Dekorasi?
Satu hal yang paling menonjol pada pernikahan adat Bali adalah outfit atau kostumnya yang mewah bak raja dan ratu. Hiasan kepala Sang pengantin wanita biasanya dirias dengan bunga corak emas yang menjuntai tinggi dengan balutan kostum dari prada, songket, dan sejenisnya.
Sedangkan pengantin pria menggunakan hiasa mahkota yang bercorak emas. Outfit dan hiasan tersebut biasa disebut “Payas Agung”.
Berhubung cuaca di Bali lagi panas dan gerah, saya dan suami ingin prosesi pernikahan kami berjalan dengan khitmad tanpa adanya drama saya yang mengaduh kesakitan. Karena Payas Agung seperti itu sangat berat dan membuat kita susah bergerak.
Akhirnya, kami memutuskan untuk menggunakan payasan yang lebih simple, yakni menggunakan kebaya dan safari putih serta kamen songket asli dari penenun songket Sidemen.
Agar tetap mencirikan pernikahan, saya tetap menggunakan riasan kepala dengan bunga corak emas, namun tingginya tidak setinggi dan seberat payasan agung.
Untuk riasan wajah, kami percayakan pada Make Up Artist yang memang membidangi riasan pengantin. Ada 3 make up artist yang kami gunakan untuk setiap prosesi pernikahan.
Masalah dekorasi, kami percayakan pada mertua. Biasanya dalam pernikahan adat Bali, gerbang masuk menuju rumah pengantin akan dihias dengan dekorasi yang mewah dan warna-warni. Bisa terbuat dari ulatan janur atau styrofoam.
Rangkaian Prosesi Pernikahan Adat Bali
Sampai juga kita di pembahasan rangkaian prosesi Pernikahan Adat Bali. Sebenarnya, rangkaian prosesi Pernikahan Adat Bali terdiri dari 6 rangkaian yakni, Nyedek-Ngidih/Memadik-Mekalan-Kalan-Upacara Widhi Widana-Mejauman-Ngetelunin.
Namun 6 rangkaian tersebut bisa diringkas atau digabung karena kendala jarak, waktu, dan biaya namun tetap disesuaikan dengan dewase ayu (hari baik) serta persetujuan dari pihak pengantin pria dan pengantin wanita.
Berikut adalah rangkaian prosesi Pernikahan Adat Bali yang kami lalui.
1. Nyedek
Nyedek adalah istilah dalam Pernikahan Adat Bali yang berarti pertemuan dan perkenalan dua keluarga besar dari calon mempelai pria maupun mempelai wanita. Pada rangkaian Nyedek ini biasanya akan membicarakan terkait kebenaran/mengkonfirmasi apakah benar calon mempelai pria dan wanita sama-sama mencintai satu sama lain.
Nyedek pada prosesi pernikahan kami dilakukan pada tanggal 7 Oktober 2023, 2 bulan sebelum hari pernikahan dilangsungkan.
Dari pihak pria dalam prosesi ini juga mengutarakan keinginan untuk meminang calon mempelai wanita dan meminta persetujuan dari pihak keluarga calon pengantin wanita.
Setelah setuju, maka akan dilanjutkan dengan pembahasan penentuan hari baik (dewase ayu) untuk melakukan prosesi selanjutnya.
2. Ngidih/Memadik
Prosesi Ngidih atau Memadik dalam pernikahan adat Bali memiliki makna yang penting, yaitu sebagai bentuk permohonan restu dari leluhur dan kedua belah pihak keluarga. Prosesi ini juga merupakan wujud keseriusan dari calon mempelai pria untuk menikahi calon mempelai wanita.
Ngidih dalam Bahasa Bali dapat diartikan sebagai “meminta”, dimana dalam prosesi ini pihak keluarga mempelai pria meminta/meminang calon pengantin wanita untuk dijadikan istri dan tinggal bersama calon pengantin pria.
Prosesi Ngidih ini dilaksanakan pada hari Kamis, 7 Desember 2023.
Jika dalam prosesi Nyedek hanya dihadiri oleh keluarga besar, maka prosesi Ngidih ini juga turut dihadiri oleh tetua adat dan dinas. Acara dimulai dengan pembicaraan terkait keinginan pihak calon pengantin pria meminang calon pengantin wanita yang didasari atas adanya suka sama suka, cinta sama cinta dan bukan paksaan dari pihak manapun. Kemudian, dilanjutkan dengan prosesi tukar cincin.
Pada kesempatan ini, para tetua adat juga akan memberikan nasehat kepada kedua calon mempelai dalam mengarungi bahtera rumah tangga nantinya.
Pada prosesi ini juga dapat disatukan dengan prosesi Mepekeling dan Mejauman, dimana keluarga atau orang tua dari calon mempelai pria akan membawa persembahan suci (Pejati) ke rumah calon mempelai wanita. Persembahan suci ini terdiri dari berbagai macam makanan dan minuman yang melambangkan permohonan restu dari leluhur.
Prosesi ini ditutup dengan Sembahyang bersama untuk meminta doa restu dari leluhur. Prosesi Ngidih secara visual bisa dilihat pada video dokumentasi berikut.
2. Mekalan-Kalan
Prosesi selanjutnya dalam Pernikahan Adat Bali adalah Upacara mekalan-kalan atau madengen-dengen. Prosesi ini adalah salah rangkaian upacara pernikahan adat Bali yang dilakukan setelah mempelai wanita diajak dan sudah tinggal di rumah mempelai pria. Upacara ini bertujuan untuk menyucikan jasmani dan rohani kedua mempelai agar siap menjalani kehidupan rumah tangga.
Upacara mekalan-kalan biasanya dilakukan di pekarangan rumah mempelai pria, di hadapan keluarga dan kerabat dekat. Acara dimulai dengan pemangku mepuput (memimpin) doa-doa.
Setelah itu, kedua mempelai berputar sebanyak tiga kali mengelilingi sanggar pesaksi, kemulan, dan penegteg. Mempelai wanita membawa bakul perdagangan sementara mempelai pria memikul tegen-tegenan. Keduanya harus menyentuhkan kaki pada kala sepetan.
Ritual selanjutnya adalah mempelai pria membeli bakul yang dibawa mempelai wanita. Ritual jual beli ini memiliki makna agar saat berumah tangga nanti kedua pasangan bisa saling melengkapi, mengisi, dan memberi hingga mencapai tujuan bersama.
Setelah upacara mekalan-kalan selesai, kedua mempelai diyakini sudah siap untuk menjalani kehidupan rumah tangga yang harmonis dan bahagia.
Berikut adalah beberapa makna yang terkandung dalam upacara mekalan-kalan:
- Penyelesaian ikatan perkawinan. Upacara mekalan-kalan merupakan tanda bahwa kedua mempelai telah resmi menjadi suami istri.
- Pencucian jasmani dan rohani. Upacara mekalan-kalan bertujuan untuk menyucikan jasmani dan rohani kedua mempelai agar siap menjalani kehidupan rumah tangga.
- Pembentukan keluarga baru. Upacara mekalan-kalan merupakan simbol dari pembentukan keluarga baru yang harmonis dan bahagia.
3. Upacara Widhi Widana
Upacara Widhi Widana adalah upacara inti dalam pernikahan adat Bali. Upacara ini dipimpin oleh seorang pendeta Hindu, yang disebut pedanda atau sulinggih. Upacara Widhi Widana bertujuan untuk mensucikan jasmani dan rohani kedua mempelai, serta memohon restu dari Tuhan dan leluhur agar kehidupan rumah tangga mereka harmonis dan bahagia.
Upacara widhi widana biasanya dilakukan di pura keluarga mempelai pria, di hadapan keluarga dan kerabat dekat. Terdapat sebuah sanggar pesaksi (tempat suci) yang berisi berbagai banten, termasuk banten beduur.
Banten beduur adalah sebuah banten yang terdiri dari berbagai macam buah-buahan, kue, dan bunga. Banten beduur melambangkan kemakmuran dan kebahagiaan dalam rumah tangga.
Acara dimulai dengan pedanda mepuput (memimpin) doa-doa. Setelah itu, pedanda membacakan mantra-mantra suci untuk menyucikan jasmani dan rohani kedua mempelai.
Setelah itu, pedanda memberkati kedua mempelai dengan air suci. Air suci ini melambangkan kesucian dan keharmonisan dalam rumah tangga.
Upacara Widhi Widana diakhiri dengan sembahyang bersama. Kedua mempelai memohon restu dari Tuhan dan leluhur agar kehidupan rumah tangga mereka harmonis dan bahagia.
Berikut adalah beberapa makna yang terkandung dalam upacara widhi widana:
- Penyelesaian ikatan perkawinan. Upacara widhi widana merupakan tanda bahwa kedua mempelai telah resmi menjadi suami istri.
- Pencucian jasmani dan rohani. Upacara widhi widana bertujuan untuk menyucikan jasmani dan rohani kedua mempelai agar siap menjalani kehidupan rumah tangga.
- Perjanjian suci. Kedua mempelai mengucapkan janji suci pernikahan yang merupakan komitmen mereka untuk saling mencintai, menghormati, dan setia.
- Permintaan restu. Kedua mempelai memohon restu dari Tuhan dan leluhur agar kehidupan rumah tangga mereka harmonis dan bahagia.
Berikut adalah dokumentasi visual dari rangkaian prosesi mekalan-kalan dan Widhi Widana pada upacara pernikahan kami.
Oh ya, prosesi mekalan-kalan dan Widhi Widana ini kami lakukan pada Hari Rabu, 13 Desember 2023 (6 hari setelah prosesi Ngidih).
4. Ngetelunin
Dalam kepercayaan adat Bali, pengantin pria dan wanita tidak diperkenankan untuk keluar rumah termasuk bekerja selama 3 hari, dihitung dari prosesi Widhi Widana dinyatakan selesai. Hal ini bertujuan untuk menolak bala/mala petaka yang bisa saja datang setelah hari pernikahan.
Setelah 3 hari, pengantin pria dan wanita melakukan prosesi Ngetelunin yang merupakan rangkaian akhir dari prosesi pernikahan adat Bali. Ngetelunin berarti upacara memperingati 3 hari pernikahan dan mengucap syukur kepada para leluhur karena sudah menjaga dan merestui pernikahan kedua mempelai.
Biasanya, kedua mempelai akan melakukan sembahyang bersama untuk memohon keselamatan dan kebahagiaan berumah tangga.
Penutup
Demikian cerita tentang prosesi Pernikahan Adat Bali yang sudah berlangsung dengan penuh suka cita. Semua rangkaian pernikahan adat Bali ini memerlukan waktu yang cukup panjang, tergantung hari baik (dewase ayu) yang telah disepakati.
Selain mengikuti rangkaian tradisi pernikahan adat Bali di atas, kami juga membuat foto pre-wedding dan resepsi. Ini adalah foto canvas yang sengaja kami cetak untuk kenang-kenangan.
Para tamu bisa memberikan doa, ucapan, maupun membubuhkan tanda tangan di foto ini. Bahkan ada yang nulis “Kami segera nyusul”, hahaha.
Akhir kata, saya sangat bersyukur atas kebahagiaan ini, terima kasih kepada semua saudara, kerabat, sahabat, dan para tamu undangan yang telah membantu dan mendoakan kami.
Dan bagi siapapun yang telah membaca artikel ini, semoga bisa menjadi inspirasi ya!
SELAMAT TAHUN BARU 2024!