Budaya kerja ala Jepang sangat terkenal dengan budaya kerja yang teratur dan disiplin. Budaya kerja tersebut menyebabkan banyak orang asing ingin bekerja di Jepang untuk mengetahui lebih dalam etos kerja orang jepang sekaligus melatih diri agar lebih disiplin. Termasuk saya yang sangat beruntung diberikan kesempatan magang kerja di Jepang selama 1 tahun.
Sebelumnya saya sudah ceritakan secara singkat moment ngeselin tapi ngangenin ketika merantau di Jepang. Jika kamu mau baca, silakan klik disini.
Selama bekerja di Jepang, saya melakukan pengamatan terhadap etos kerja dan cara kerja mereka. Etos kerja dalam konsep kultur Jepang tidak semata untuk mencari keuntungan materi, tetapi lebih kepada sebuah nilai.
Kedisiplinan kerja masyarakat Jepang memang terlahir dari sebuah orientasi hidup, yang kemudian diterapkan oleh perusahaan Jepang untuk pengembangan usaha bisnisnya.
Dengan kata lain, kekuatan sosial-ekonomi Jepang didasari pada sikap kedisiplinan masyarakatnya yang memang sudah dilatih sedini mungkin.
Sikap kedisiplinan tersebut diaplikasikan ke dalam dunia kerja di perusahaan Jepang yang dikenal dengan slogan 5 S (dibaca: go esu). Apa itu 5 S? Yuk simak artikel berikut ini.
Daftar Isi
Budaya Kerja – Seiri (Ringkas)
5 S yang pertama adalah Seiri. Secara literal, seiri berarti “teratur” . Implementasi Seiri ini dapat dilihat dari masyarakat Jepang yang terbiasa memisahkan alat atau komponen untuk ditempatkan pada tempatnya masing-masing agar pada saat akan digunakan, dapat segera ditemukan.
Di ryokan tempat saya bekerja, di Okuine Onsen Aburaya, semua alat-alat operasional dikelompokkan berdasarkan jenisnya dan disimpan pada tempat yang mudah ditemukan. Oleh karena itu, tidak akan ada alat-alat yang tercecer dimana-dimana.
Seiton (rapih)
Secara literal seiton berarti “tertib”, Setiap alat atau komponen diberi label agar setiap orang yang memerlukannya dapat menemukan dan menggunakannya dengan segera. Hal ini juga berlaku untuk pekerjaan kantoran. Semua dokumen diberi label yang mudah diingat dan dimengerti oleh semua staff. Pada Ryokan tempat saya bekerjapun, semua pekerjaan harus dilakukan serapih mungkin, seperti set-up table, melipat oshibori, melipat origami, dan lain sebagainya.
Seisho (Resik)
Seisho secara literal artinya “bersih”. implementasinya adalah berupa menjaga kebersihan tempat kerja beserta perkakasnya.
Seiketsu (Rawat)
Seiketsu secara literal diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia akan sama artinya, yaitu ‘bersih’. Tetapi, aplikasinya lebih cenderung kepada pemeliharaan terhadap tempat kerja yang sudah terjaga kebersihan dan ketertibannya. Apabila ditemukan sesuatu yang tidak pada tempatnya dapat segera diketahui dan diambil tindakan yang benar.
Shitsuke (Rajin)
5S yang terakhir adalah Shitsuke. Shitsuke artinya “rajin”. Memang orang Jepang sangat terkenal rajin dalam bekerja terutama rajin mengimprovisasi diri dan keterampilan untuk meningkatkan kualitas pekerjaan.
Kelima slogan tersebut telah menjadi sebuah semboyan kerja dan dijadikan sebuah prinsip kerja yang harus dipatuhi oleh para pekerja di perusahaan Jepang yang tersebar di penjuru dunia.
Jika diperhatikan, konsep 5S ini mirip dengan konsep mise en place restoran ala barat yang memiliki prinsip-prinsip bersih, teratur, rapi, tertata dalam jangkauan, indah atau mempunyai daya tarik, sesuai dengan kebutuhan baik dalam jumlah dan macamnya.
Selain budaya 5S tersebut, ada juga prinsip kerja “Hourensou”. Secara harfiah hourensou berarti daun bayam. Namun disini, Hourensou adalah akronim dari : hou, ren, dan sou.
Hou untuk houkoku yang berarti laporan. Houkoku atau laporan berarti semua perkembangan dalam bidang pekerjaan yang sedang dilakukan harus dilaporkan ke atasan yang bertanggung jawab, baik secara lisan maupun tertulis.
Hal ini sangat penting untuk dilakukan dengan melaporkan segala sesuatu, apakah itu tentang kemajuan pekerjaan, atau ketika ada beberapa kesalahan dalam bidang pekerjaan, atau bahkan untuk rincian terkecil seperti saat bertemu klien.
Kuncinya adalah untuk memberitahukan ke senior tentang laporan terbaru dan rinci mengenai kondisi saat ini dalam bidang pekerjaan.
Ren untuk renraku yang berarti menginformasikan. Renraku pada budaya kerja ala Jepang diimplementasikan melalui kebiasaan orang jepang menginformasikan semua hal yang berhubungan dengan lingkungan kerja kepada semua personil yang terkait.
Misalnya, dalam kondisi di mana kita tidak dapat menghadiri pertemuan atau kemungkinan besar akan terlambat untuk menghadiri pertemuan, maka wajib untuk menginformasikan kepada semua pihak terkait mengenai kondisi kita.
Contoh lainnya adalah ketika dalam periode shift ada pekerjaan yang belum terselesaikan, kita wajib membuat memo kepada rekan kerja shift berikutnya. Jika renraku tidak dilakukan akan mempengaruhi kinerja keseluruhan sistem.
Sou untuk soudan yang berarti konsultasi. Soudan sangat penting dalam proses pengambilan keputusan.
Dengan membahas masalah dengan pihak lain, ada kemungkinan akan dapat memperoleh ide-ide baru atau wawasan dari orang lain dan lebih jauh lagi kita juga akan dapat melihat masalah secara lebih holistik dari beberapa sudut.
Ini juga berarti bahwa dengan melakukan Soudan akan membantu kita untuk menghindari membuat keputusan yang buruk.
5S dan Hourensou memang sangat mengakar dan telah menjadi budaya turun temurun di Jepang tidak hanya dalam lingkungan kerja, namun juga kehidupan sehari-hari. Itulah mengapa orang Jepang terkenal sangat disiplin, rapi, bersih, dan sangat teliti.
Bagaimana? tertarik bekerja di Jepang? Yuk tuliskan komentar dibawah ini 🙂 Jangan lupa like & share ya!