Bus merupakan alat transportasi umum yang sangat populer di beberapa negara di Asia, seperti Jepang dan Korea, bahkan bus menjadi alat transportasi utama dibeberapa daerah pedesaan. Seperti halnya ketika saya internship di Jepang 1 tahun yang lalu, kemana-mana selalu naik bus.
Bus dan kereta memang dianggap sebagai alat transportasi yang hemat, praktis, dan tentu saja dapat mengurangi kemacetan akibat padatnya kendaraan pribadi. Lalu bagaimana jadinya jika Indonesia khususnya Bali mulai menerapkan hal serupa?
7 September 2020 lalu, Kementerian Perhubungan akhirnya meluncurkan armada layanan Teman Bus di Denpasar dengan rute Gor Ngurah Rai – Bandara Internasional Ngurah Rai.
Dikutip dari website teman bus, Teman Bus merupakan pengembangan angkutan umum perkotaan berbasis jalan yang menggunakan teknologi telematika yang andal dan berbasis non tunai untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan serta kenyamanan masyarakat.
TEMAN merupakan singkatan dari Transportasi Ekonomis, Mudah, Andal, dan Nyaman bagi masyarakat Indonesia. Di Bali, Teman Bus bekerjasama dengan Trans Metro Dewata sebagai operator.
Begitu tahu dari iklan instagram, saya langsung tertarik untuk segera mencoba layanan bus tersebut, awalnya ingin sekadar nostalgia karena saking kangennya naik bus ala di Jepang, tetapi lama kelamaan saya semakin penasaran, benarkah sebersih dan senyaman yang diiklankan?
Segera setelah googling informasi tentang teman bus, saya langsung download aplikasi teman bus di Appstore. Ternyata di dalam aplikasi tersebut sudah ada daftar koridor dan daftar haltenya.
Tanggal 8 November 2020, akhirnya saya coba numpang Teman Bus Trans Metro Dewata bersama Feby dengan memilih rute koridor 1 jurusan Gor Ngurah Rai – Bandara Ngurah Rai.
Begitu masuk ke dalam Bus, interior bus sangat bersih, rapi, dan wangi mirip sekali seperti bus-bus di luar negeri. Selain itu, tersedia juga CCTV untuk menjamin keamanan penumpang. Bus yang didominasi oleh warna merah dan hitam ini memiliki total tempat duduk sekitar 20 tempat duduk dan beberapa pegangan untuk penumpang yang berdiri.
Kata Pak Supir, jika kondisi normal (tidak sedang pandemi), kapasitas bus ini bisa mencapai 30 – 40 orang. “Karena lagi situasi pandemi, maka kita menerapkan protokol kesehatan yang ketat, jaga jarak, tersedia hand sanitizer dan kapasitas penumpang hanya 10 – 15 orang saja, mbak”, ujarnya sambil fokus mengemudi.
Benar saja, ketika bus sudah memiliki kapasitas 10-15 orang, penumpang selanjutnya dianjurkan oleh Pak Supir untuk naik bus selanjutnya yang akan datang 7 – 8 menit.
Wahh, asyik juga yaa, berarti gak perlu khawatir ketinggalan bus dan menunggu berjam-jam seperti yang sering saya lakukan ketika merantau di Jepang dulu, hehehe.
Oh iya, Teman Bus juga memiliki 2 kursi prioritas bagi lansia, ibu hamil, ibu menyusui, dan penyandang disabilitas.
Teman Bus merupakan Bus yang para penumpangnya WAJIB naik dari pintu depan dan turun dari pintu samping. Untuk tarifnya sendiri, Teman Bus masih melayani penumpang tanpa tarif alias GRATIS sampai akhir tahun 2020 karena masih tahap uji coba. Mulai tahun 2021, akan mulai diberlakukan tarif yang besarannya akan ada informasi lebih lanjut.
Namun yang jelas, bayarnya nanti pakai sistem pembayaran digital seperti kartu Brizi BRI, Tap Cash BNI, dan E-money Mandiri (Kartu yang dipakai bayar tarif Tol) ketika penumpang baru masuk ke dalam bus melalui pintu depan. Tinggal tap kartu di mesin pemindai, beres deh!
Per 27 Desember 2020, Teman Bus Trans Metro Dewata sudah melayani 4 koridor, yaitu :
1. GOR Ngurah Rai – Bandara Internasional Ngurah Rai (PP)
2. Terminal Ubung – Central Parkir Monkey Forest (di depan Pura Dalem Puri Peliatan) (PP)
3. Terminal Ubung – Pantai Matahari Terbit (PP)
4. Terminal Pesiapan – Central Parkir Kuta (PP)
Keempat koridor tersebut melewati jalur menuju kawasan wisata seperti Kawasan Heritage Gadjah Mada, Matahari Mall, Denpasar Cineplex, Trans Studio Bali, Pantai Matahari Terbit, Pasar Seni Sukawati, Ubud, Batubulan, dan Kuta.
Saya telah coba naik Teman Bus sebanyak 3 kali dengan rute Gor Ngurah Rai – Trans Studio, Gor Ngurah Rai – Matahari Mall, dan Batubulan – Ubud. Saya sangat senang dengan kehadiran moda transportasi ini yang juga bisa dijadikan sarana rekreasi oleh masyarakat lokal. Namun ada beberapa kelemahannya, yaitu :
- Signage pada halte atau tempat pemberhentikan belum dipasang pada semua halte sehingga sedikit membingungkan mana halte yang benar (meskipun daftar haltenya tersedia di aplikasi)
- Tidak ada timetable/jadwal kedatangan bus yang terpasang pada tempat pemberhentian.
- Tidak ada bel pada kursi penumpang sehingga kadang penumpang ingin turun di halte A malah dilewati oleh supirnya (nyebelin, karena saya pernah mengalaminya). Sehinnga diperlukan bel sebagai tanda kepada sopir bus bahwa ada penumpang yang akan turun pada halte berikutnya.
Baiklah, demikian review singkat berdasarkan pengalaman saya naik Teman Bus Trans Metro Dewata, semoga informasi ini bermanfaat bagi siapapun yang membaca.
Cheers!
Aduh jadi pengen nyobain naik TEMAN bus?
Hello! Mantap kak, yuk naik Teman Bus bareng-bareng, hehe
Trimakasih infonya kak natih sangat berguna untuk saya
sama2 dik, syukurlah kalau bisa memberikan informasi yaa