Keanekaragaman daya tarik wisata di Bali seolah tidak akan pernah habis untuk dieksplor. Selain memiliki keindahan alam dan budaya, Bali memang terkenal dengan deretan hotel mewah dan restoran berkelas Internasional. Namun, dimasa sekarang, apakah kamu masih ingin menikmati Bali hanya dari kacamata kemewahan tersebut? Tentu saja ada sesuatu yang berbeda yang ingin kamu rasakan ketika berkunjung ke Bali, bukan?
Dalam konsep pengembangan sustainable tourism, dikatakan bahwa pengembangan pariwisata kedepannya harus memperhatikan aspek keseimbangan lingkungan, keutuhan budaya, dan kesejahteraan masyarakat lokal untuk menciptakan pariwisata yang berkualitas. Nah, aktivitas wisata Mepantigan merupakan salah satu aktivitas wisata yang berhasil mengemas itu semua.
Saya selalu amazed setiap kali berkunjung ke Pondok Mepantigan yang berlokasi di Batubulan, Bali ini. Sebuah atraksi wisata budaya yang memadukan aspek budaya, alam, dan olahraga yang dikemas dengan begitu unik dan menarik. Edukasinya dapet, serunya dapet, dan pengalamannya juga dapet.
Daftar Isi
Mengenal Mepantigan, Gulat Ala Bali Yang Sarat Nilai Tradisi
Mepantigan mungkin terdengar asing bagi kebanyakan orang Indonesia. Yup! Karena sejatinya permainan ini justru lebih dikenal oleh wisatawan mancanegara karena keunikannya. Sebenarnya, apa dan gimana sih Mepantigan itu?
Dalam permainannya, Mepantigan melibatkan partisipasi wisatawan sehingga atraksi ini disebut sebagai atraksi atau aktivitas wisata.
Mepantigan merupakan seni bela diri yang berbeda dengan seni bela diri lain yang ada di Indonesia atau bahkan di dunia. Hal tersebut dilihat dari gerakannya yang mengutamakan kuncian dan bantingan, serta dipadukan dengan budaya tradisional Bali. Mepantigan diambil dari bahasa daerah dan kearifan lokal Bali, yaitu pantig yang artinya banting atau secara harfiah, Mepantigan dapat diartikan saling membanting.
Aktivitas wisata kotemporer ini diciptakan oleh Bapak Putu Witsen Widjaya sebagai atlet dan penekun seni bela diri tradisional Bali. Menurut Pak Putu, Mepantigan tidak hanya sebagai seni bela diri, namun juga mengandung filosofi yang sarat dengan nilai tradisi masyarakat Bali yaitu rasa syukur, solidaritas, sportivitas, dan keharmonisan.
Permainan ini dilakukan pada kubangan lumpur persawahan yang dahulu hanya dipentaskan sebagai bentuk pemujaan terhadap Dewi Sri sebagai Dewi Kesuburan. Namun, seiring perkembangangannya, Mepantigan dijadikan aktivitas wisata dan hiburan.
Dari segi busana, untuk lebih menekankan ciri khas dan filosofi kehidupan Bali, Mepantigan menggunakan kain poleng atau Tridatu khas Bali yang diikat dan disimpul sedemikian rupa diatas pinggang. Busana dengan konsep Poleng dan Tri Datu ini merupakan busana pencak silat Bali Kuno. Menurut kepercayaan Hindu, warna poleng (hitam dan putih) bermakna keseimbangan alam, sedangkan Tri Datu (Hitam, Putih, Merah) merupakan simbol suci dari Tri Murti, Tri Pramana, dan Tri Kaya Parisudha yang menuntun umat Hindu dalam mencari jati dirinya, sehingga dapat meningkatkan kualitas dirinya menjadi lebih baik.
Pada sisi olahraga, permainan ini memadukan unsur bela diri seperti pencak silat, judo, dan karate dengan tari heroik khas Bali yaitu Tari Kecak dan Baris. Sepanjang permainan, musik Bali berupa Gamelan Baleganjur, Rindik, Kulkul dipergunakan sebagai musik pengiring yang berfungsi untuk menyemarakkan serta memberi semangat selama Mepantigan berlangsung.
Mepantigan Menyatu dan Harmonis Dengan Alam
Suasana natural dan menyatu dengan alam sudah begitu terasa begitu masuk ke area Mepantigan ini. Pada entrance area kami disambut dengan kuda poni yang diberi nama Kingkong. Kuda kecil dan jinak. Dirawat dengan penuh kasih sayang. Sepanjang jalan masuk, wisatawan akan disuguhkan dengan nuansa alam yang bener-bener alam banget! Bukan artifficial atau tiruan. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa guest room yang didesain dengan material alami seperti bambu dan kayu.
Masuk lebih dalam, area utama Pondok Mepantigan dihubungkan dengan sebuah sungai alami yang airnya berasal dari saluran Subak (irigasi) persawahan. Jembatan penghubungnya pun terbuat dari material kayu. Semakin sejuk dengan adanya pohon bambu dan kelapa yang menjulang ke atas. Benar-benar sustainable!
Uniknya lagi, saking sustainable-nya toilet dan shower room-nya terbuat dari dinding daun pisang kering yang disebut kraras.
Baru sebentar disini, sudah betah dan gak pengen pulang. Hehehehe.
Disambut Dengan Pertunjukan Barong Katos dan Tirta Oleng
Sebelum melakukan aktivitas lebih lanjut, wisatawan akan disuguhkan sebuah performance unik yang disebut Barong Katos. Tidak seperti pertunjukan Barong Dance pada umumnya, Barong Katos ditarikan oleh seniman Mepantigan yang dibalut busana dari Kraras dan memakai topeng. Sambil memainkan gamelan Baleganjur, mereka menari dan menghibur para wisatawan.
Pada tarian inilah diperkenalkan frasa-frasa unik yang akan digunakan saat Mepantigan, seperti “Sing Kenken, cang katos!” yang berarti tidak apa-apa, saya kuat, sebagai salah satu kalimat penyemangat saat bermain Mepantigan nantinya.
Gelak tawa bergemuruh, membuktikan bahwa seluruh wisatawan, termasuk kami begitu menikmati pertunjukan ini.
Setelah menonton pertunjukan Barong Katos, kami diberikan welcome drink Tirta Oleng, yaitu air segar dengan perasan jeruk nipis. Begitu segar sehingga kami siap untuk aktivitas berikutnya.
Pemanasan dan Latihan Teknik Dasar
Lebih lanjut, aktivitas yang dilakukan adalah pemanasan dan latihan teknik dasar Mepantigan. Mepantigan merupakan permainan bela diri kontemporer yang melibatkan teknik fisik serupa dengan seni bela diri seperti judo, karate, dan pencak silat. Karena dipadukan dengan Seni Budaya Bali, Mepantigan menggunakan gerakan Tari Baris yang bermakna heroik.
Dalam pemanasan ini kami diberikan gerakan khusus dan trik saat bermain di lumpur. Setiap gerakan memiliki makna tersendiri. Seperti gerakan menepuk dada sambil berkata “Sing Kenken, Cang Katos” yang bermakna memberikan motivasi untuk diri sendiri bahwa kita kuat, jangan menyerah.
Selain itu, diajarkan pula beberapa frasa seperti, Siaga, ha! Kuda-kuda, Baris, dan lain sebagainya sehingga tidak akan terasa ketegangannya, bahkan justru sangat lucu dan penuh kegembiraan.
Sesaat setelah teknik dasar diajarkan, datanglah seorang seniman yang sudah berganti pakaian ala Suku Asmat Papua. Dia adalah Mathius, seniman yang memang orang Papua dan mengabdi bersama Pak Putu di Pondok Mepantigan. Sambil bernyanyi Yamko Rambe Yamko dan Apuse, kami diajak menari dan berjoget ala Papua. Seru sekali~
Pemanasan diakhir dengan aksi saling pijat satu sama lain, untuk melemaskan otot-otot dan mendingankan tubuh setelah bergerak cukup aktif saat pemanasan.
Permainan Inti, Mepantigan di Lumpur Persawahan Yang Super Seru
Setelah pemanasan dan mempelajari teknik dasar yang mudah untuk diaplikasikan, kami bergegas memasuki lumpur sawah yang menjadi main venue Mepantigan. Permainan dimulai dengan lomba lari, kemudian membentuk lingkaran, dan membanting satu lawan satu.
Saat permainan dimulai, pemain tidak boleh begitu saja membanting lawannya. Seperti pada tradisi bela diri umumnya, para pemain harus saling menghormati dengan mencakupkan tangan di depan dada dan berkata “Bakti”. Kemudian diikuti dengan menari tari Baris, menepuk dada, dan berkata “Sing Kenken, cang katos!”
Meskipun bermain dilumpur, permainan ini sangat aman dan cocok untuk pemula dan anak-anak. Selain atraksi utama yang dilakukan pada lumpur persawahan, lumpur juga dijadikan sebagai suatu identitas produk kuliner lainnya di Mepantigan Bali.
Makanan dan minuman yang disajikan mengangkat tema lumpur seperti nasi goreng lumpur, tipat lumpur, kopi lumpur, serta makanan sederhana yang diolah dengan bebas MSG.
Sebagai atraksi wisata budaya yang unik, atraksi ini sebenarnya sudah pernah diliput oleh beberapa channel TV Nasional seperti Kompas TV, Trans TV, NET, dan Channel Internasional seperti FOX TV dan Discovery Channel. Selain itu, Hal tersebut membuktikan eksistensi Mepantigan baik nasional maupun internasional.
Mepantigan bisa digunakan sebagai stress healing. Seluruh energi dan emosi negatif kita keluarkan ketika Mepantigan. Sehingga menghasilkan perasaan yang bebas, lepas, dan plong. Melakukan aktivitas Mepantigan, menurut saya salah satu cara untuk mengatasi writer’s block atau burn out akibat penatnya pekerjaan. Terlebih dikemas dengan sangat natural dan menyatu dengan alam sehingga menjadikan Mepantigan ini sangat sayang jika dilewatkan.
Tertarik mencoba Mepantigan? amankan tiketnya disini.
Kirain cuma nonton, mbak. Ternyata langsung praktik ya. Ini kalau nggak punya dasar bela diri bisa ikutan juga ya atraksi mepantigan ini?
Hallo Mba Antung, bisa banget mba, Mepantigan memang di desain untuk pemula, buat seru-seruan
serunya main lumpur, bisa sekalian luluran nih. kalau main begini bener-bener bisa bikin los lega banget deh
Saya tertarik mencoba Mepatigan Kak Natih ?. Aduh, semestinya aku coba ini sewaktu masih tinggal di ubud. Atraksi wisata ini selalu menarik mata wisatawan lokal dan mancanegara. Tapi itu gulatnya kalau perempuan, harus dengan laki-laki kah?
Konsepnya sebenarnya sederhana,ya mbak.Hanya dibanting aja.Tapi karena ada nuansa tradisi dan alam Ubud Mepantingan jadi unik dan menarik.
Patut diacungi jempol untuk ide kreatif industri pariwisata Bali disetiap lapisan masyarakat ini.
Warga Bali selalu kreatif dalam meningkatkan peluang indutri wisata di sana.
Salut dengan warga Bali, untuk seni dan kreatifitasnya.
Aduh, seru banget kegiatannya. Seminggu sibuk kerja kantoran trus weekend berkunjung ke tempat wisata seperti Pondok Mempatingan ini pasti ngilangin stres.
Itu nginjak lumpurnya pake kaki telanjang yah? serem enggak? takutnya keinjek beling yang ada di dalam lumpur.
tenang Mba Dila, ga ada beling atau apapun, karena selalu dibersihkan. Dan memang ada area khususnya Mba
Wuih, nuh acara keren banget, Kak. Gukat di alam bebas, di lumpur. Selain berat, juga bikin dekat dan menyatu dengan alam ya.
Aku pas nonton A Perfect Fit, suka banget lihat adegan gulat lumpur ini. Walaupun di film itu yang gulat adalah dua orang yang sedang terlibat masalah. Tapi penggambaran emosinya menjadi bagus. Aku kalau ada kesempatan ke Bali, pengin nyoba juga olahraga gulat lumpur ini.
Paling suka kalau udah menyatu dengan alam ini ya kak, selain untuk self healing dan bisa mengatasi writer block kita juga ya… Mepantingan ini atraksi budaya yg unik dan unsur yang sangat lengkap ya kak, kerenn
Asyik banget tuh Kak, gulat bali ya? Kalau di Jatim ada juga kayak gini gulat di sawah tapi lupa aku namanya. Terus adaa tarian dari Papua ya? Lengkap banget tempatnya buat belajar budaya dari luar daerah Bali.
Kak.. kalau mepantigan ini ternyata lebih dikenali oleh wisatawan asing, apakah belum ada ide untuk membuat gamenya? sepertinya bisa menarik rasa penasaran. Jadi sebelum bisa ke Bali main gamenya dulu, baru nanti pas ke bali, membuktikan keseruaanya, sendiri! 🙂
Ada kang dirman, nnti saya spill ya link videonya, eh tapi ada duh ti artikel saya selipkan permainannya.
Wah seru sekali. Hal yang saya paling suka kalau jalan-jalan ke suatu tempat adalah berkenalan dengan kearifan lokalnya. Saya baru tahu juga kalau Bali ada tradisi ini. Duh jadi ingin ke Bali kalau pandemi dah agak mereda.
Asik banget ya, tempatnya juga terlihat sejuk dan asri. gak cuma anak anak orang dewasa juga pasti suka main lumpur lumpur begitu.
Wah seru ya kegiatan mepantigan ini. Menyenangkan ikut kegiatan dengan suasana alam yang kental. Saya salfok sama gelas bambu yang digunakan sebagai welcome drink. Menarik!