Apa yang terbesit di benak kalian ketika mendengar kata “Kyoto” ?
Mungkin sebagian besar akan membayangkan Kyoto sebagai pusatnya budaya Jepang atau tempat berdirinya kuil khas jepang yang megah dan terkenal.
Waktu pertama kali mendengar kabar bahwa saya akan training di Kyoto, saya langsung membayangkan Kiyomizudera Temple, Kinkakujin dan Ginkakujin Temple, serta maiko yang akan saya lihat setiap hari berlalu lalang di jalanan Kyoto yang terkenal asri dan instagramable. Namun sebenarnya Kyoto tidak hanya itu saja lho!
Ada beberapa spot di Kyoto yang kurang populer di kalangan wisatawan mancanegara namun sangat ramai di kunjungi oleh wisatawan domestiknya. Salah satunya adalah Ine. Sebuah desa tempat saya melakukan internship selama setahun ke depan.
Ine merupakan sebuah desa yang terletak di Semenanjung Tango, Distrik Yosa-gun, Kyoto bagian utara, lebih tepatnya di sisi Laut Jepang. Ine adalah kampungnya para nelayan karena mayoritas masyarakatnya memang bermata pencaharian sebagai nelayan.
Saat tiba di lokasi ini pertama kali, saya sangat takjub dengan pemandangan rumah-rumah tradisional yang berderet cantik di sepanjang Teluk Ine. Saking cantiknya Desa ini terpilih sebagai salah satu “The Most Beautiful Village in Japan”. Jika dilihat-dilihat, area ini mirip dengan Venice, Italia. Bahkan orang-orang menyebutnya Venice of Japan.
Rumah funaya ini menyimpan keunikan sendiri. Sesuai namanya, funaya adalah bangunan rumah 2 lantai dengan bagian lantai 1 dijadikan sebagai ruang atau garasi kapal kecil yang digunakan para nelayan saat mencari ikan. Rumah-rumah ini dibangun menghadap ke arah laut sehingga indahnya pemandangan laut bisa terlihat dari dalam rumah. Belakangan, lantai 2 rumah-rumah ini mulai dialihfungsikan sebagai penginapan oleh nelayan setempat.
Semenjak menjadi tempat wisata, Ine menawarkan aktivitas wisata yang sayang untuk dilewatkan ketika berkunjung ke tempat ini. Salah satunya adalah aktivitas tour menyusuri Laut Ine dengan boat khusus yang pernah kami lakukan di hari libur pertama kami di Jepang.
Selama sekitar 30 menit dari Funaya Miyabi, kami diajak menyusuri Ine No Funaya. Meskipun pemandunya orang Jepang, tapi mereka punya fitur online translator sesuai negara pengunjung untuk mempermudah berkomunikasi. Jadi kami tidak khawatir kalau ada penjelasannya yang tidak kami mengerti. Selama di perjalanan, ia menjelaskan bahwa sampai saat ini ada sekitar 230 rumah Funaya yang terbentang sejauh 5 km di tempat ini. Sebagian besar lantai dasarnya masih digunakan untuk menyimpan perahu dan ikan hasil tangkapan nelayan sedangkan lantai 2 nya untuk tempat tidur keluarga nelayan itu sendiri. Sebagiannya lagi masyarakat yang bekerjasama dengan Ine Tourism Association sudah mulai menjadikan lantai 2 rumah tersebut sebagai penginapan. Jika ingin merasakan sensasi menginap di Funaya, kita bisa memesannya melalui website ini.
Di tengah-tengah perjalanan kami diberikan semacam snack yang ternyata adalah makanan burung camar. Pamandu menyuruh kami melemparkan snack tersebut ke udara sehingga burung camar akan dengan sigap menangkapnya. Benar saja, ketika kami lemparkan ke atas, burung camar langsung berdatangan dan mulai memakan snack tersebut. Ini adalah bagian yang paling seru selama perjalanan susur Funaya selain menikmati keindahan rumah Funaya itu sendiri.
Setelah 30 menit berkeliling, tour berhenti di bawah Funaya No Sato Park. Untuk naik ke atas, kami harus melewati sekitar 200 buah anak tangga. Meski jumlahnya lumayan banyak, suasana saat itu sangat sejuk sehingga tidak membuat kami kelelahan. Setibanya diatas, kami terkejut ternyata tangga tersebut sampai di area restoran Funaya tempat kami bekerja. Namun sayang saat itu, restorannya tutup. Sesuai arahan owner hotel, Kami langsung melipir ke restoran Shokudo yang berada tepat di bawah restoran Funaya dan menikmati makan siang kami (GRATIS).
Selain menelusuri Ine no Funaya dengan boat, aktivitas lainnya yang bisa dilakukan adalah Bersepeda, Memancing, dan Belajar membuat Sake ala Jepang. Jika saya mempunyai kesempatan melakukan ketika hal tersebut, saya pasti akan ceritakan di artikel selanjutnya ya!