kain-tenun-endek-khas-bali

Mengenal Kain Tenun Endek Khas Bali Yang Mulai Mendunia

Mengenal Kain Tenun Endek – Berbicara soal keindahan budaya Bali memang tidak ada batasnya. Selalu saja ada hal unik yang hidup di tengah masyarakatnya yang memang masih memegang teguh budaya dan karya seni yang adiluhung.

Karya Seni Bali tidak hanya tentang lekuk menawan penari atau suara harmoni gambelannya saja, Bali juga punya karya seni yang tergambar di atas kain, yaitu Kain Tenun endek.

Research Trip kali ini, saya dan team UKM Tourism Research Community Institut Pariwisata dan Bisnis Internasional mengunjungi Desa Sidemen, desa yang didaulat sebagai salah satu sentra pembuatan Kain Tenun Endek khas Bali. Diiringi gerimis hujan yang menyejukkan hati, kami tiba tepat pukul 09.00 WITA di sebuah galeri yang bernama Pelangi Traditional Weaving.

Research-Trip-Sidemen
Research Trip ke Sidemen

Sebelum dipandu lebih lanjut, kami langsung melipir ke ruangan besar tempat orang menenun. Semua penenun wanita tampak sibuk dengan alat tenunnya masing-masing. Tangannya lihai mendorong dan menarik kayu yang menggerakan benang. Seperti menari, mereka menenun dengan nurani.

kain-tenun-endek-bali
Kain Tenun Endek Pic by : Mutiara Udayani

Ngomong-ngomong soal Endek, kain ini bagi masyarakat Bali tidak hanya sebuah kain tenun semata. Namun merupakan sebuah karya seni yang diwariskan melalui keterampilan secara turun-temurun. Terbukti, banyak wanita asal Sidemen yang sudah pintar menenun diusia belia. Bahkan ada yang sudah bisa menenun pada usia  17 tahun, lho! Selain itu, rata-rata masyarakat Sidemen masih aktif menenun dalam usia 70 Tahun.

Tak hanya rutinitas menenun yang dilestarikan, proses menenun di Pelangi Traditional Weaving ini pun dikerjakan secara manual, dengan ATBM alias Alat Tenun Bukan Mesin.

Lalu, Bagaimana proses menenun selengkapnya? Sabar dulu, mari kita lihat dulu bagaimana sejarah Kain Tenun Endek Khas Bali ini.

Sejarah Kain Tenun Endek Khas Bali

Dilansir Adhiantirina, Endek berasal dari bahasa daerah Bali yaitu “gendekan” atau “ngendek” yang artinya diam atau tetap (tidak berubah warnanya). Istilah tersebut berkaitan dengan proses pembuatan kain tenun Endek, dimana selama proses celup berlangsung, kain yang diikat dengan tali rafia tidak akan berubah warna.proses-menenun-kain-tenun-endek

Kain Tenun Endek sendiri mulai dibuat pada tahun 1975, sejak zaman kerajaan Dalem Waturenggong, yaitu Raja Klungkung yang termasyur saat itu. Pada awalnya Endek hanya dipakai oleh keluarga kerajaan dan upacara keagamaan.

kain-tenun-endek-sebagai-seragam-kantor
Saya menggunakan Seragam Endek ke Kantor setiap Selasa

Namun dalam perkembangannya, kain tenun Endek ini biasa dipakai untuk kegiatan sehari-hari, seperti upacara adat dan pernikahan. Bahkan kini, setiap Hari Selasa, seluruh pegawai kantor di Bali menggunakan Endek sebagai seragam kantor. Ada juga yang mengkomodifkasi kain endek untuk masker, dompet, dan kerajinan lainnya. 

Ragam Motif Kain Tenun Endek Khas Bali

Kain Endek khas Bali memiliki motif yang beragam. Beberapa diantaranya bahkan dianggap sakral, seperti motif patra atau ancak saji yang hanya dipergunakan saat upacara agama.

Seiring dengan berjalannya waktu, motif Endek semakin berkembang mengikuti perkembangan zaman. Bahkan saat ini, Kain Tenun Endek juga bisa divariasikan dengan kain jenis lainnya untuk menghasilkan busana yang indah.

motif-endek-flora-kain-tenun-endek-khas-bali
Motif bunga pada endek

Adapun ragam motif dari Kain Endek khas Bali mengadaptasi keindahan alam seperti daun dan bunga. Ada juga motif yang menggambarkan keindahan fauna seperti burung dan ikan. Selain itu, ada motif figuratif, dekoratif, wayang dan geometris yang dibentuk dari perbaduan garis dan dekorasi yang unik.

Memang yaa, alam adalah sumber inspirasi bagi sebuah karya seni.

Selain ragam motif tersebut, Pelangi Traditional Weaving ini juga menerima pesanan sesuai motif dari pelanggan. Bahkan saat kami berkunjung, ada yang memesan motif Harley Davidson, Hehehe.

Proses Pembuatan Kain Tenun Endek Khas Bali

Proses membuat Kain Tenun Endek Khas Bali terdiri dari beberapa proses, yakni :

Ngelos

Pengkelosan merupakan proses penggulungan benang yang akan digunakan untuk membuat kain  endek. Proses ini dilakukan untuk merubah bentuk gulungan benang dan meningkatkan kualitas benang. Adapun benang yang digunakan di Pelangi Traditional Weaving ini adalah benang sutra metris yang berkualitas sangat baik.

Mempen (Pemidangan)

mempen-kain-tenun-endek
Proses Mempen.
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Pemidangan merupakan proses memasukkan (mempen) benang ke dalam rak benang, yang kemudian ditata ke dalam penamplik dengan cara diputar. Jumlah putaran atau tumpukan dalam proses ini menentukan besar kecilnya motif yang akan dibuat. Ketika saya mencoba mempen benang, putaran yang dilakukan adalah sebanyak 10 kali.

Mebed (Pembuatan motif)

mebed-proses-membuat-kain-tenun-endek
Proses Mebed
Sumber : Dokumentasi pribadi

Mebed  merupakan ciri khas dari teknik tenun ikat. Benang pakan yang sudah dipempen kemudian diikat menggunakan tali rapia berwarna-warni sesuai dengan jenis motif yang diinginkan.  Teknik ikat berarti mengikat bagian- bagian benang agar ketika dicelup tidak terkena warna celupan, sehingga dapat menghasilkan perbedaan warna yang membentuk motif kain tenun endek.

Pencelupan

Proses pencelupan merupakan proses pemberian pewarnaan menggunakan warna dasar yang diinginkan.

Nyantri (Pencoletan)

Nyantri-Proses-Membuat-Kain-Tenun-Endek
Proses Nyantri.
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Benang yang telah dicelup menggunakan warna dasar kemudian dikeringkan. Setelah benang kering, ikatan tali rapia kemudian dibuka dan dilanjutkan dengan proses nyantri/pencoletan. Proses nyantri merupakan pengisian warna sesuai dengan motif yang diinginkan.

Pencucian

Benang pakan yang sudah melalui proses pewarnaan motif, kemudian dicuci dengan air bersih, kemudian dikeringkan.

Ngeliing (Pengginciran)

proses-ngeliing-membuat-kain-tenun-endek
Proses Ngeliing.
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Proses ngeliing merupakan proses penggulungan benang pakan yang telah dikeringkan. Ngeliing dilakukan untuk memudahkan memasukkan benang ke dalam sekoci.

Penenunan

menenun-kain-tenun-endek-khas-bali
Menenun dengan ATBM,
Sumber : Dokumentasi pribadi

Proses penenunan merupakan proses finishing dalam pembuatan kain tenun endek. Proses penenunan dilakukan dengan menyusun anyaman benang lusi dengan benang pakan yang saling tegak lurus. Dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATMB) para penenun sangat serius dan lincah dalam menenun kain endek.

proses-menenun-endek
Seorang Penenun sedang menenun endek berwarna merah.
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Proses menenun secara keseluruhan memakan waktu sekitar 1 – 2 minggu tergantung kerumitan motif Endek yang dibuat. Adapun kain Endek yang dapat dihasilkan adalah sebanyak 2,25 meter.

Kain Tenun Endek Mulai Mendunia 

Selain digunakan dalam kehidupan sehari-hari, Endek semakin dikenal pada saat pelaksanaan  KTT APEC pada Oktober 2013 yang diselenggarakan di Nusa Dua. Pada saat jamuan gala dinner, semua pemimpin dunia beserta istri menggunakan busana Endek Khas Bali.

Endek-dipakai-saat-apec
Endek di pakai saat KTT APEC 2013.
Sumber : viva.co.id

Selain itu, pada tahun 2020 ditengah kondisi pandemi Covid-19, Kain Endek didaulat sebagai salah satu kain yang akan digunakan Brand Internasional Christian Dior sebagai salah satu bahan fashionnya.

Christian-Dior
Fashion Show Busana Endek di Paris.
Sumber : awal.id

Melihat begitu panjang dan rumitnya proses pembuatan Kain Tenun Endek ini, saya memetik nilai karakter yang terkandung dalam proses pembuatannya. Nilai karakter itu adalah sabar dan teliti. Wajar saja jika harganya cukup mahal. 1 kain dengan panjang 2,25 meter bisa dijual dengan harga Rp 400.000. Hal itu sebanding dengan tenaga dan waktu yang dikeluarkan untuk membuat karya seni yang indah tersebut.

Selain diproses dengan manual, sebenarnya ada endek yang dibuat dengan bantuan mesin. Mesin tersebut digunakan untuk membuat motif pada kain dengan cara di cap. Meskipun harganya lebih murah, namun dari segi kualitas Kain Tenun Endek yang diproses secara tradisional jauh lebih baik.

Semoga Endek khas Bali ini tetap bisa dilestarikan dan menjadi khasanah budaya yang makin dikenal dunia. Jika bisa, dijadikan sebagai salah satu warisan budaya dunia oleh UNESCO, seperti Batik.

Bagaimana menurutmu? Apakah ada kain tradisional di daerahmu yang juga dibuat dengan proses yang unik dan rumit? Ceritakan pada kolom komentar ya!

19 komentar untuk “Mengenal Kain Tenun Endek Khas Bali Yang Mulai Mendunia”

  1. Suka sama yg warna biru yg dipake SBY itu. Emang cara menjaga kearifan lokal salah satunya justru jangan alergi sama modifikasi zaman juga, kayak batik bisi dibikin trendi, apalagi endek udah dilirik sama Christian Dior segala.

    Saya penasaran sama sejarahnya sih, soalnya kalau liat sekilas endek ini ada pencampuran budaya, motifnya gaya2 batik Jawa sekaligus ada elemen sekaligus teknik tenunnya yg Indonesia Timur banget.

  2. Memang yang menjadi mahal dari sebuah kain khas adalah proses pembuatannya. Bukan cuma soal kerumitannya, tapi ada sejarah di dalamnya juga. DI Sumatera Utara ada kain khas bernama ‘Ulos’ yang juga cukup rumit proses pembuatannya.

  3. Coraknya yang mewah, dan kerapatan tenunnya itu bagus kak, pas yang di zoom kak Natih itu.

    Yang pas digunakan Kak Natih buat seragam kerja, kelihatan memang elegannya. Wuah kudu dijaga nih kekayaan bangsa, dan semoga ada generasi muda yg belajar untuk menenunnya

  4. Asty Intan Pratiwi Widyanti

    Keren bangetttt motif kainnyaaa ? kalo aku ke Bali pengen deh beli kain Endek ini untuk kenang2an. Tulisan Mbak Natih juga lengkap dan enak banget dibacaa hihi

  5. Kalau di daerah Minang atau Sumatera Barat punya keunikan kain batiknya kak, jadi batik tanah liat ini diproduksi menggunakan tanah liat yg direndam selama seminggu, trus diberi pewarna alami yg berasal dari tumbuh-tumbuhan kak.

    Melihat produksi batik daerah seperti batik Endek Bali ini kita jadi tau bahwa tiap2 daerah itu punya khas dan keunikan tersendiri ya kk…

  6. Aset leluhur berupa peninggalan properti budaya memang selayaknya terus diperhatikan serta dipertahankan.

    Saya itu sering salut dengan program-program yang mendukung seperti memakai baju adat khas untuk jajaran instansi pemerintah, sekolah dan lain sebagainya. Seperti salah satunya yang diberlakukan di kantor kak Natih dengan memakai Seragam Endek ke Kantor setiap Selasa.

    Sayangnya, saya kadang suka iri juga, karena tidak ada sarana buat saya untuk seperti itu. Lha gimana, kerja kantoran, enggak. Sekolah, sudah lulus lama! wkwkwkwkw.

    Terakhir saya ikutan berpartisipasi saat di tempat saya tinggal, mewajibkan para pedagang pasar untuk memakan baju batik pada hari tertentu. Saya ikutan, walaupun cuma antar isteri ke pasar, waktu itu. Hahaha.

  7. selain di Bali, sepertinya di pulau lain juga terdapat kain tenun khas ya. kalau tidak salah di kalimantan, lombok, dll.
    keren banget nih masyaallah. salah satu kebudayaan indonesia yang harus dilestarikan.
    seharusnya kain tenun ditetapkan sebagai budaya indonesia, seperti layaknya batik. iya gak kak?

  8. Seperti menari, mereka menenun dengan nurani.

    Setuju sih sama kata-kata ini, indah sekali ya bagaimana sebuah karya seni tercipta. Ada proses dan effort yang nggak main-main. Dan kerennya lagi anak muda di sana sudah terbiasa dengan menenun. Semoga Kain Tenun Endek ini terus lestari.

  9. Wah, Kain Endek memang salah satu kain yang sangat melekat pada Bali ya. Jadi kepo untuk mengulik lebih dalam mengenai upah para penenun Kain Endek…

      1. Saya jadi teringat sewaktu tinggal di Ubud, bapak pemilik kost memberikan kain tenun ini. Saya sampai pikir, ini kain tenunnya tebal dan bagus. Saya mengira pasti mahal..
        Tapi saya mmg selalu suka dengan kain-kain yang ada di Bali.. Setiap kali pulang ke Jakarta, saya selalu beli kain batik Bali buat keluarga. Semoga kain kain tradisional kita semakin banyak yang mendunia 🙂

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.