Semenjak datangnya monster kecil tak kasat mata yang sangat mengerikan pada akhir tahun 2019 lalu, kondisi perekonomian masyarakat di dunia terguncang begitu hebatnya. Hiruk pikuk keramaian pun berubah menjadi sepi layaknya Nyepi. Tidak ada pergerakan.
Manusia tidak dapat berkutik dan hanya pasrah berlindung dari virus Covid-19. Tidak boleh bekerja, tidak boleh sekolah, dan tidak boleh berwisata. Semua seakan terkekang, terpenjara di rumah sendiri guna memutus rantai penyebaran Covid-19 agar tidak meluas. Akibatnya banyak perusahaan tutup, sehingga para karyawan terpaksa dirumahkan dan di-PHK.
Daftar Isi
- 1 Nasib Pariwisata Indonesia di Tengah Pandemi Covid-19
- 2 Langkah Preventif Pencegahan Virus Covid-19 Pada Sektor Pariwisata
- 3 Covid-19 Menjadi Titik Balik dan Harapan Baru Untuk Pemulihan Kualitas Pariwisata Indonesia
- 4 Tren Wisata Pasca Pandemi Covid-19
- 5 Pandemi Covid-19 Mendorong Akselerasi Digital Pada Sektor Pariwisata
- 6 Kesimpulan
Nasib Pariwisata Indonesia di Tengah Pandemi Covid-19
Sektor pariwisata merupakan sektor yang paling terguncang akibat adanya pandemi Covid-19. Kebijakan non-pharmaceutical interventions berupa pembatasan kegiatan dan perjalanan membuat seluruh destinasi pariwisata dan hotel ditutup.
Kemenparekraf menyatakan bahwa sepanjang tahun 2020 jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia hanya 4,052 juta orang. Dapat dikatakan bahwa angka tersebut sangat memprihatinkan, karena jumlahnya hanya 25% dari jumlah kunjungan wisatawan ke Indonesia pada tahun 2019.
Hal ini pun berdampak pada pendapatan negara di sektor pariwisata. Adanya pembatasan sosial berskala besar dan ditutupnya akses keluar-masuk Indonesia, menyebabkan penurunan pendapatan negara di sektor pariwisata sebesar Rp20,7 miliar!
Situasi tersebut sangat berkebalikan jika dibandingkan dengan tahun 2019, dimana pada tahun itu industri pariwisata sangat berjaya karena didukung oleh tren leisure economy yang menggeser pola konsumsi masyarakat yang semula didikotomi oleh konsumsi barang berubah menjadi experience-based consumption (menghabiskan uang untuk membeli pengalaman).
Prediksi bahwa pandemi akan segera berakhir dalam waktu dekat nyatanya hanya ilusi semata. Hampir 2 tahun berlalu, pandemi sampai saat ini masih menghantui dan siap merenggut nyawa siapapun juga yang lalai memproteksi diri. Sektor pariwisata pun kian porak poranda.
Agar krisis ekomoni tidak semakin parah, ditengah kondisi pandemi Covid-19 yang tak kunjung mereda, akhirnya pemerintah membuat sebuah kebijakan yang disebut “new normal” atau tatanan kehidupan baru yang mengharuskan kita beradaptasi dan hidup berdampingan dengan Covid-19.
Meski demikian, lonjakan kasus yang terjadi sepanjang semester awal tahun 2021 menyebabkan pemerintah kembali membuat kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang berjilid-jilid.
Lagi, sektor pariwisata kembali lesu padahal sebelumnya sudah mulai ada seberkas cahaya pergerakan dari wisatawan domestik. Harapan untuk kebangkitan pariwisata Indonesia dalam waktu dekat pun sirna.
Langkah Preventif Pencegahan Virus Covid-19 Pada Sektor Pariwisata
Meskipun memerlukan waktu yang lama dan cara yang tak mudah, namun harapan untuk kebangkitan pariwisata Indonesia pasca pandemi pun masih terus dipupuk dengan semangat optimisme yang tinggi. Yakin semua akan segera berlalu dan pariwisata akan kembali menggeliat. Oleh karenanya, pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pun terus berupaya melakukan tindakan preventif dengan berbagai cara.
Pertama adalah membuat peraturan wajib mentaati protokol kesehatan secara ketat, seperti memakai masker, menjaga jarak, rajin mencuci tangan, tidak berkerumun dan menggunakan hand sanitizer secara rutin.
-
Pemeriksaan suhu tubuh dan memakai masker merupakan salah satu protokol kesehatan untuk mencegah penularan virus Covid-19. (Sumber foto : canva)
Kedua, membuat sosialisasi, verifikasi, dan sertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability) terhadap destinasi wisata, restoran, hotel, dan fasilitas penunjang pariwisata lainnya untuk memastikan keamanan dan kenyamanan wisatawan selama berwisata. Sertifikasi CHSE ini juga bertujuan untuk memastikan destinasi wisata dan fasilitas penunjang wisata sudah memenuhi standar protokol kesehatan Covid-19 yang telah ditetapkan.

(Sumber foto : dokumen pribadi)
Ketiga, menggencarkan program vaksinasi Covid-19 sebagai salah satu langkah pharmaceutical interventions dalam memerangi virus Covid-19. Berkat dukungan dari berbagai pihak, WHO menilai program vaksinasi Covid-19 di Indonesia dikatakan sukses. Dengan demikian, harapan baru bagi pemulihan industri pariwisata dan merdeka dari pandemi bukan lagi hal yang mustahil.
Covid-19 Menjadi Titik Balik dan Harapan Baru Untuk Pemulihan Kualitas Pariwisata Indonesia
Dampak negatif dari adanya pandemi Covid-19 tentu sangat menghantam pertumbuhan pariwisata. Namun momentum pandemi Covid-19 ini juga memiliki hikmah positif dan harapan baru yang patut disyukuri. Ketika beberapa dekade terakhir sektor pariwisata dikomodifikasi dan lingkungan dieksploitasi secara ekstrem, sejatinya momen ini merupakan titik balik yang tepat untuk membenahi berbagai permasalahan guna meningkatkan kualitas pariwisata Indonesia.
Sebelum terjadinya pandemi, pembangunan sektor pariwisata yang terlalu agresif tidak hanya memberikan dampak positif, namun juga memberikan dampak yang merugikan ekonomi dan sosial budaya masyarakat lokal di suatu destinasi pariwisata.
Tak jarang dengan pengembangan mass tourism yang terlalu agresif tersebut menyebabkan lingkungan, budaya, dan kearifikan lokal justru mengalami degradasi. Hal tersebut semakin diperparah oleh adanya krisis iklim yang saat ini melanda Indonesia.
Konsep ekonomi linier yang mengusung “Ambil – Gunakan – Buang” membuat pariwisata dikembangkan secara massive tanpa memperhatikan dampak pencemaran lingkungan yang akan ditimbulkan. Oleh karena itu, momentum pandemi COVID-19 ini sebaiknya tidak hanya dimaknai sebagai musibah belaka melainkan masa transisi untuk menata kembali kepariwisataan Indonesia.
Pengembangan pariwisata pasca pandemi kedepannya harus memperhatikan konsep pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism), yang menjadi prinsip dasar bagi segala aktivitas dalam meraih tujuan fungsi-fungsi destinasi pariwisata. Agar manfaat dari keberadaan destinasi pariwisata tersebut tidak hanya dapat dirasakan oleh generasi pada saat ini saja, namun juga bermanfaat bagi generasi-generasi selanjutnya secara berkelanjutan dan terus menerus.

(Infografis by : Ayu Natih Widhiarini)
Strategi pariwisata berkelanjutan melibatkan tiga aspek, yaitu :
- Pariwisata berkualitas, yaitu berkelanjutan memberikan pengalaman berharga bagi pengunjung yang sekaligus dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat,
- Berkesinambungan, yaitu pariwisata berkelanjutan memastikan kesinambungan sumber daya alam dengan budaya masyarakat lokal,
- Equilibrium, yaitu pariwisata berkelanjutan memastikan keseimbangan antara kebutuhan industri pariwisata, pencinta lingkungan, dan masyarakat lokal.
Berdasarkan pemaparan tersebut, upaya pemulihan pariwisata pasca pandemi dilakukan dengan mengoptimalkan potensi desa menjadi desa wisata berbasis community based tourism. Selain pengembangan infrastuktur yang ramah lingkungan, pelatihan dan pemberdayaan masyarakat lokal di desa wisata juga menjadi fokus utama pemerintah saat ini.
Tren Wisata Pasca Pandemi Covid-19
Dibukanya Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai untuk wisatawan mancanegara pada tanggal 14 Oktober 2021 menjadi angin segar dan harapan baru bagi industri pariwisata Bali pasca babak belur akibat serangan pandemi Covid-19. Harapan untuk kebangkitan pariwisata Indonesia pasca pandemi benar-benar akan menjadi nyata.
Dibukanya kembali pintu pariwisata untuk wisatawan diiringi pula dengan berubahnya perilaku wisatawan dan tren wisata pasca pandemi Covid-19. Adanya wabah COVID-19 membuat kesehatan dan keamanan menjadi prioritas utama. Tren selfie di tempat-tempat yang instagramable akan menjadi salah satu yang tergeser akibat pandemi ini.
-
Berwisata yang melibatkan wisatawan secara aktif dalam kegiatan wisata merupakan tren pengembangan pariwisata pasca pandemi. (Sumber foto : dokumentasi pribadi)
Pada masa transisi ini, wisatawan cenderung akan berkunjung ke destinasi wisata yang bernuansa alam, jauh dari hiruk pikuk kota, dan mengutamakan adanya aktivitas wisata yang dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan baru, hingga berwisata ke desa wisata dan destinasi wisata kesehatan (Wellness tourism).
Dengan adanya pergeseran tren wisata, diharapkan pengembangan pariwisata berbasis lingkungan, kearifan lokal, dan komunitas dapat benar-benar terwujud sebagai mega trend pariwisata pasca pandemi.
Pandemi Covid-19 Mendorong Akselerasi Digital Pada Sektor Pariwisata
Hikmah positif dari pandemi covid-19 juga dirasakan pada aspek penerapan teknologi digital. Meskipun digitalisasi pada sektor pariwisata sudah mulai digencarkan 10 tahun terakhir, namun ternyata adanya pandemi Covid-19 mampu mendorong akselerasi digital secara lebih massive.
Di saat konsumen dihimbau untuk dirumah saja, digital menjadi jembatan sakti agar bisa tetap terkoneksi. Hampir semua interaksi fisik dilakukan secara daring sebagai salah satu upaya menekan laju penyebaran virus.
Teknologi digital telah menjadi katalisator yang membantu konsumen beraktivitas di tengah pembatasan sosial. Bekerja, belajar, dan berbelanja dilakukan dengan bantuan digital. Bagi yang rindu jalan-jalan, ada fasilitas virtual tour yang ditawarkan dan bisa ditonton dimanapun dan kapanpun.
Pandemi Covid-19 tidak hanya mendorong penetrasi digital semakin meluas, seperti melakukan berbagai aktivitas melalui aplikasi seperti online meeting, telemedicine dan marketplace namun juga mendorong digital maturity, yaitu seberapa matang kemampuan digital yang dimiliki masyarakat.
Pandemi COVID-19 membuat konsumen semakin matang atau mampu dalam menerima kehadiran teknologi digital. Misalnya, sebelum pandemi perilaku pemesanan daring hanya dilakukan oleh generasi muda, namun kini orang tua, kakek, nenek pun mulai ikut memesan makanan secara daring. Artinya, hampir semua rentang usia bisa beradaptasi dengan perkembangan digital.
Terjun ke ekosistem digital pada era pandemi dan next normal menjadi suatu keharusan yang tidak bisa ditawar. Dengan demikian, seluruh pelaku pariwisata diharapkan peka terhadap perubahan dan mampu mengadaptasi perubahan tersebut pada segala aspek kegiatan termasuk mengadapatasi konsep digital marketing.
Kesimpulan
Tahun 2020 adalah tahun survival. Semua pemilik usaha pontang-panting bertahan di tengah badai duo krisis kesehatan+ekonomi yang disebabkan oleh COVID-19. Namun, dibalik perjuangan itu, ada optimisme yang harus dibangun dibandingkan berlarut-larut dalam angka-angka minus. Harapan untuk kebangkitan pariwisata pasca pandemi pun niscaya akan terwujud, sebentar lagi, jika saja kita semua taat akan protokol kesehatan.
Tahun 2021 adalah tahun kebangkitan, dimana vaksin sudah mulai terdistribusi dengan baik, pembatasan kegiatan mulai longgar, dan tepat 78 hari menuju tahun 2022 Indonesia khususnya Bali sebagai barometer pariwisata di Indonesia mulai membuka diri untuk wisatawan mancanegara.
Semoga sebentar lagi disusul oleh negara-negara lain sehingga tahun 2022 dan seterusnya bisa menjadi “A whole new world” untuk pariwisata dan kehidupan manusia.
*****
Referensi :
- Hidayah, Nurdin.2021. Pemasaran Destinasi Pariwisata Berkelanjutan di Era Digital. Jakarta : Kreasi Cendekia Pustaka.
- Kemenparekraf. 2021. Anugerah Desa Wisata Indonesia. https://kemenparekraf.go.id/ragam-pariwisata/Anugerah-Desa-Wisata-Indonesia. Diakses pada 14 Oktober 2021.
- Kemenparekraf. 2020. Tren Industri Pariwisata 2021. https://www.kemenparekraf.go.id/pustaka/Buku-Tren-Pariwisata-2021. diakses pada 10 Oktober 2021.
- Kemenparekraf.2021. Sertifikasi CHSE. https://chse.kemenparekraf.go.id/. diakses pada 10 Oktober 2021.
*****
Artikel ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Ekspresi Parahyangan yang diselenggarakan oleh Universitas Katolik Parahyangan dengan tema “Harapan saat Merdeka dari Pandemi”.
Semua tulisan dalam artikel ini adalah murni dari hasil pemikiran penulis dan tidak ada satupun karya orang lain yang dikutip tanpa mencantumkan sumbernya. Semoga artikel ini bermanfaat untuk siapapun yang membaca.
#LombaBlogUnpar
#BlogUnparHarapan
Iya ihhh, kangen juga ngga sih ngeliat bule-bule lalu lalang di lokasi yang sama tempat kita liburan? Tapi pintu wisata internasional udah dibuka di Bali dan KepRi, semoga yaaa, semoga apa yang kita cita-citakan di sektor pariwisata kembali terwujud. Pulih bumi.
Saya terakhir ke Bali 2020 Januari 3 bulan sebelum pandemi datang. Wah ga kebayang kalau Bali sekarang saat pandemi pasti sepi ya ..kasihan pelaku industri pariwisata nya tapi sekarang situasi mulai terkendali ya ttg c-19 ini semoga segera bangkit deh pariwisata Bali
Bener banget, pandemi Covid-19 bisa mendorong akselerasi digital secara lebih massive dan manfaatnya untuk segala aspek mulai dari pendidikan hingga pariwisata.
Aduh, kangen banget masa-masa mikirin cuti untuk berwisata tanpa beban. Sekarang jangankan tuk wisata, tuk pulang kampung aja persyaratan masuk bandara aja udah ribet.
betul kak, sektor pariwisata paling lama menderita disebabkan covid-19. kalau beberapa sektor lain masih bisa di gantikan dengan adanya digitalisasi. Namun tidak dengan pariwisata yang masih belum bisa terganti dengan digitalisasi. memang sih ada liburan virtual tapi tetap gak bisa menggantikan dengan sensasi hadir di tempat wisatanya langsung
Kawanku jadi barber di barbershop kawasan Kuta harus pulang semenjak pembatasan turis asing masuk ke Indonesia. Sekarang masih belum berani balik ke sana lagi. Sempga perlahan perekonomian bisa bangkit lagi dan kita bisa ke mana saja tanpa rasa takut.
Gempuran pandemi emang berimbas banget di dunia pariwisata. Semoga dengan mulainya dibuka pariwisata kembali menjadi titik balik, wisata yang baik. Bukan hanya menyajikan pemandangan tapi ya juga berkesinambungan dengan ekosistem dan SDAnya. Semoga ya.. aamiin aamiin.
Kalau melihat situasi terkini, keadaan sudah menuju ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Orang-orang sudah mulai bepergian walau masih dengan pembatasan. Tempat-tempat wisata sudah mulai ada pengunjungnya lagi. Kesadaran untuk keluar dengan tetap menjaga diri dan kesehatan masih tinggi. Insha Allah pariwisata bangkit lagi dan normal lagi. Daerah mana pun, semoga berjaya lagi pariwisatanya.
Semangat bangkit lagi untuk pariwisata kita.
Senang dengan dukungan seperti ini, agar kita jangan kelamaan terpuruk. Apalagi ini dengan CHSE jadi bisa sama-sama saling jaga dan inget, wisata boleh tapi masih pandemi loh inget prokesnya hehe
Ga kerasa udah dua tahun aja. Sektor pariwisata emang salah satu yg kena dampak paling beratnya. Pandemi udah mulai reda, dan ini emang momen buat bangkit dengan rancangan sustainable tourism itu.
Sedih deh kemarin Bali open gate eh gempa, tapi semoga kedepannya aman lancaf dan menyenangkan ya kak. Aku pengen kita normal lagi dan semua lebih baik aamiin, good luck ya kak
Berharap banget konsep parawisata nanti lebih eco friendly, dimana para pengunjung diperketatin dengan aturan yang berhubungan dengan ramah lingkungan. Sehingga lama lama bisa jadi kebiasaan ?
Wah kasian memang sektor oariwisata ini. Mati kutu pisan. Moga mulai tahun inj bisa membaik dan normal lagi tanpa kasus Covid
Alhamdulillah ya perlahan udah bisa jalan jalan dan piknik, aku udah gak sabar pengen ke pantai. Dengan prokes tentunya.
Menarik sekali tulisannya mba, semoga pariwisata kita secepatnya pulih ya mba, dan kembali meningkat. Aku saja udah lama pengen liburan
Walau memang masih belum ada hilal kapan pandemi ini akan segera berakhir, tapi banyak hal yang perlu disiasati di tengah pandemi ini, agar sektor pariwisata kita dapat terus hidup.
Yuk, semangat kita bisa saling dukung
Wuaah bandara Bali akhirnya dibuka lagi buat mancanegara yaa. Semoga keadaan tetap aman terkendali, wisata dan ekonomi bisa bangkit kembali jugaaa.
Setuju banget dengan sustainable untuk sektor industri pariwisata, harus melibatkan SDM dan SDA dengan bijak!
Terima kasih sdh mengangkat mengenai pariwisata. Saya sangat apreasiasi sekali ?. Saya pribadi sebagai penggiat di bidang pariwisata, sangat merasakan sekali dampak pandemi yang memukul sektor pariwisata, khusus di daerah-daerah. Banyak profesi yang harus kehilangan pekerjaannya akibat pariwisata yang mati suri selama pandemi.
Semoga dengan di mulai buka nya pariwisata di Bali, menjadi harapan baru bagi kami-kami pengiat pariwisata untuk bangkit dan menghidupkan kembali perekonomian khususnya yang ada di daerah ..
Iya engga nyangka banget kalau bisa hampir 2 tahun… Banyak yang terpapar banyak yang terpuruk semoga semua bisa kembali normal ya dan pandemi berlalu tidak balik lagi..
Alhamdulillah, sekarang di Bali sudah ramai lagi ya, Kak. Semiga bisa seterusnya seperti ini dan semua pariwisata di Indonesia kembali bangkit.
Mbakkk aku rasanya roaming membaca 20 miliar lebih lho ruginya
Layaklah beberapa hotel yg aku tahu kabrnya ada yg dijual karena entahlah intiny kondisi pandemi ini.
..wah aku bersyukur bisa membaca artikel ini.
Jadi bisa cek hotel yang sudah menerapkan CHSE ya. Betul trendnya jadinya sekrg ruang terbuka yg jdi destinasi wisata.
Selain, menghindari kerumumanan. Tampaknya alam terbuka memberikan peluang agar tidak rebutan udara yang mana kita tahu penularan monster kecil ini lewat udara kan.
Sip mbak natih
Semoga kedepannya pariwisata kembali pulih, dari info yang ku baca memang beberapa tempat wisata sudah kembali buka, namun dibatasi pengunjungnya.
Pandemi memang berdampak sangat dahsyat ya, terutama di sektor pariwisata. Semua pergerakan dibatasi, jangakan liburan, untuk belajar di sekolah pun nggak boleh.
Tapi Alhamdulillah banget, vaksin yang mulai merata dan angka penurunan covid yang tajam kini jadi harapan baru untuk industri pariwisata kita untuk bangkit kembali.
Tahun 2020 emang tahun perjuangan menurutku. Semoga tahun ini semakin mengarah ke arah kebaikan ya mba. Makin banyak dan meluasnya vaksinasi sehingga semua jadi cepat normal dan aktif kerja seperti dulu
bagus nih pariwisata berkelanjutan
Agar aktivitas pariwisata lebih terpogram,
gak seperti sekarang yang tumbuh begitu saja
sehingga begitu ada pandemi langsung ambruk deh
Wahh memang banyak nih harapan kita untuk memulihkan kondisi bumi yg tidak sedang baik2 saja ini ya kak. Banyak sektor yg berakibat buruk pas pandemi ini dan kita mesti bisa melakukan langkah2 preventif sbg upaya mempercepat pulihnya keadaan… Duh semoga pariwisata semakin sukses terus, trus bnyak inovasi yg makin keren ya kak…
pandemi ini benar-benar mengubah segalanya ya.. banyak banget yang menderita kerugian, mulai dari yang kecil sampai para pembesar jug akena imbas. Semoga lekas berlalu dan kita semua lekas pulih.
Sektor pariwisata sangat terguncang saat pandemi. Inilah saatnya untuk bangkit. Bangkit dengan prokes ketat supaya tidak terjadi hal yang sama seperti sebelumnya. Semoga tetap berjaya pariwisata Indonesia
Tulisan yang menarik dan penuh harapan. Kalau pariwisata di Indonesia akan berangsur-angsur pulih. Termasuk Bali.
Seperti yang dikatakan Yuswohady, 2022 ini akan mengalami market rebound. Dimana upaya ‘balas dendam’ setelah hampir 2 tahun nggak bisa kemana-mana.
Apalagi didukung dengan vaksinasi Nasional. Mudah-mudahan sektor pariwisata segera kembali normal. ??
Terima kasih Kadika, iya benar Kadika, 2022 akan menjadi tahun kebangkitan yang penuh harapan untuk pariwisata Indonesia
Aku juga berharap segala aspek kehidupan kita termasuk pariwisata bisa normal lagi kak. Mudah-mudahan bisa bangkit lagi jadi perekonomian pelaku usaha di sekitar lokasi wisata juga bisa pulih