Sebulan terakhir saya merasa sangat cemas dan stress terhadap segala sesuatu yang melintas di pikiran. Dalam keadaan normal, biasanya saya bekerja di kantor selama 6,5 jam kemudian pulang, santai-santai sebentar terus lanjut olahraga, nulis artikel blog atau membaca buku sampai ngantuk.
Namun, sebulan terakhir ini saya merasa ada pada situasi yang sangat lelah akan rutinitas. Beban pekerjaan, deadline lomba, dan kehidupan pribadi seolah bercampur, tak bersekat sedikit pun.
Saking lelahnya sepulang kerja, sampai di rumah saya sering tidak memiliki mood untuk sekadar olahraga atau bercengkrama lebih intens dengan keluarga. Mood nge-blog pun juga kena imbasnya. Sebelumnya, saya bisa menulis 2 sampai 3 artikel dalam seminggu. Sekarang? boro-boro. 1 artikel per minggu pun rasanya berat.
Sepulang kerja, bawaannya selalu pengen menyendiri. Namun, notifikasi sosmed selalu membuat saya terdistraksi. Apalagi kalau ada notifikasi tentang pekerjaan di luar jam kantor. Uhh… nyebelin! Jari-jari ini selalu tergerak untuk membalasnya meskipun saya sudah aktifkan away message. Alhasil, waktu habis hanya buat kerja, kerja, dan kerja.
Sampai akhirnya saya muntaber dan radang usus buntu. Hahahaha.
Saya yakin muntaber dan radang usus buntu yang saya derita seminggu yang lalu tidak hanya karena faktor makanan yang dikonsumsi melainkan juga faktor stress yang saya alami. Terbukti dari test kecemasan gratis yang saya ikuti di lembaga psikolog Satu Persen, hasilnya tingkat cemas yang saya alami cukup tinggi.
Duh, kalau begini terus, produktivitas saya pasti akan terganggu nih.
Setelah membaca beberapa buku self improvement, saya menyadari bahwa ternyata saya sedang mengalami ketidakseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Seolah-olah saya tidak memiliki kehidupan di luar pekerjaan. Beberapa kali saya sering burn out dan mengalami writer’s block.
Hal tersebut tercermin dari sulitnya saya memiliki me time atau quality time bersama keluarga, tertekan ketika diberikan banyak tugas secara bersamaan, sering menunda, kecanduan gadget, dan kekurangan waktu istirahat.
Pernah beberapa kali saya sampai tidak bisa tidur karena memikirkan pekerjaan yang belum selesai alias overthinking!
Ketika saya membaca artikel berjudul “Waktu Habis Buat Kerja, 5 Cara Menjaga Work-Life Balance”, semakin yakin kalau kehidupan pekerjaan dengan kehidupan pribadi yang saya jalani memang tidak seimbang.
Apalagi setelah nonton video di bawah ini, makin merasa tertampar, huhuhu.
Sebenarnya, apa itu Work-Life Balance dan bagaimana mewujudkannya? Markibas (mari kitas bahas) yuk!
Daftar Isi
Mengenal Work-Life Balance
Work-Life Balance merupakan keadaan dimana sesorang harus bisa membagi waktu antara pekerjaan dan kehidupan pribadi secara seimbang. Ibarat sebuah timbangan, pekerjaan dan kehidupan pribadi semestinya memiliki porsi yang berimbang.
Seimbang disini bukan berarti harus 12 jam kerja, 12 jam istirahat loh ya! Maksudnya, kalau waktunya kerja ya fokus kerja. Kalau waktu di rumah ya di rumah. Kerjain kerjaan rumah, me time, menyalurkan hobi atau olahraga ringan agar tubuh tetap bugar.
Pentingnya Menjaga Work-Life Balance
Seperti yang saya ceritakan di awal, bekerja terus menerus membuat saya tidak produktif dan justru jatuh sakit. Memang benar, setiap hari dalam sebulan penuh, hampir tidak ada weekend yang saya gunakan untuk bersantai.
Maka dari itu, menjaga work-life balance itu penting banget. Meskipun terkadang sulit, paling tidak kita sudah menyempatkan diri untuk melakukan aktivitas di luar pekerjaan yang padat. Minimal bisa istirahat sejenak untuk mengisi energi agar full charged dan siap produktif lagi keesokan harinya.
Jika kita bisa mengontrol keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, maka kemampuan diri kita juga akan terlatih yang dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan pengembangan diri yang baik sehingga kita bisa hidup sepenuhnya dan tentu saja lebih produktif.
3 Cara Sederhana Menjaga Work-Life Balance Agar Lebih Produktif
Seperti saya, mungkin banyak diantara kamu yang juga pernah mengalami ketimpangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, iya apa iya?
Oleh karenanya saya mengundang kamu untuk membaca artikel ini lebih lanjut dan bersama-sama kita cari titik terang bagaimana menjaga Work-Life Balance untuk meningkatkan produktivitas ya!
Setidaknya ada 3 cara sederhana paling ampuh yang coba saya lakukan untuk menjaga Work-Life Balance. Check these out!
#1 Membuat Batasan dan Tentukan Prioritas
Sadarlah bahwa kita hanya memiliki 24 jam setiap hari yang tidak semua bisa dihabiskan untuk bekerja.
Meskipun banyak pengusaha sukses yang bilang “Kalau mau sukses, harus bekerja 10 kali lebih keras dari yang lain”, tapi bukan berarti kita harus memaksakan diri sampai lupa waktu istirahat.
Lalu bagaimana caranya agar tetap punya waktu istirahat? Membuat batasan dan tentukan prioritas adalah kuncinya!
Kita mulai dari belajar memilah pekerjaan sesuai prioritas, yang mana yang paling urgent dan penting, lalu buat to do list dan patuhi to do list yang sudah dibuat. To do list atau daftar pekerjaan yang harus dilakukan dapat ditulis pada buku journal, HP dan sticky note yang ada di komputer.
Setelah mempraktikannya selama 3 minggu, saya merasa membuat to do list ini sangat membantu saya memilah mana pekerjaan yang penting dan mana pekerjaan yang tidak penting. Meskipun awalnya berat, jika dilatih terus akan menjadi kebiasaan. Percaya deh!
#2 Bekerja Dengan Prinsip Hadir Penuh (Working Mindfulness)
Saya yakin kamu pasti setuju bahwa hambatan terbesar yang kita hadapi saat bekerja adalah kecanggihan teknologi yang membuat kita mudah terdistraksi.
Contohnya saat membalas email, kita seringkali juga nyambi dengerin musik atau nonton drama korea. Lalu tiba-tiba ada chat penting masuk ke WhatApps yang mempengaruhi kita untuk segera menjawabnya. Kemudian muncul lagi notifikasi lain dari Instagram dan Facebook. Tanpa sadar waktu sudah berlalu 25 menit dan ternyata kita lupa membalas email.
Kamu pernah mengalami seperti kejadian diatas? Sama, hehehe.
Dalam buku Ikigai karya Hector Garcia dan Francesc Miralles mengungkapkan bahwa jika seseorang menganggap dirinya pandai multitasking, sesungguhnya ia merupakan orang yang paling tidak produktif. Oleh karenanya bekerja dengan menggunakan prinsip hadir penuh (mindfulness) merupakan salah satu solusinya.
Menurut ahli psikologis, mindfulness adalah suatu cara melatih diri untuk memusatkan perhatian terhadap apa yang terjadi saat ini dengan melibatkan kesadaran dan ketidakberpihakan.Ternyata mindfulness ini tak hanya bisa diterapkan saat sedang meditasi saja lho, tetapi bisa juga diterapkan saat bekerja.
Karena sudah menentukan prioritas, usahakan agar kita bisa fokus sama satu pekerjaan yang sedang dikerjakan dan hindari multitasking. Menciptakan mindfulness dalam bekerja sangat bermanfaat untuk meredakan stress, melatih konsentrasi, melatih kreativitas, menjaga suasana hati yang positif dan tentu saja lebih produktif.
Untuk melatih working mindfulness ini saya coba menggunakan konsep Pomodoro, yaitu teknik pengaturan waktu yang diperkenalkan oleh Fransisco Cirillo pada akhir 1980-an. Caranya adalah atur waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan, hindari HP yang bisa menciptakan distraksi, dan istirahat beberapa menit saat waktu sudah habis.
Jika kamu mau coba juga, silakan! Set alarm atau gunakan hourglass biar ruang kerja jadi lebih estetik, hehehe.
#3 Cintai Diri Sendiri dengan Self-Care
Salah satu bentuk dari mencintai diri sendiri adalah merawat diri atau melakukan kegiatan yang meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, mencegah stres berlebihan.
Anyway, saya pernah membuat laporan penelitian dari pagi-malam tanpa ada jeda, sampai akhirnya mempengaruhi kesehatan mata saya. Sebelum lasik, mata saya minus 6,5 dan silinder 4. Hal itu karena saya tidak pernah mengistirahatkan mata saya, stay terus depan laptop. Itu sangat tidak baik dan jangan ditiru ya!
Karena pengalaman itulah saya menyadari bahwa Self-care itu penting banget agar kita bisa mencintai diri sendiri. Jangan cuma berharap dicintai orang lain, tapi kita justru lupa mencintai diri sendiri.
Self-care disini bisa dilakukan dengan berbagai cara, contohnya memberikan ruang untuk diri sendiri melakukan me time seperti yoga, meditasi, baca buku, nyanyi, nonton bioskop, atau makan makanan sehat. Selain itu, self-care juga bisa dilakukan bersama orang tersayang, seperti nongkrong sama temen, bercengkrama sama keluarga, atau mungkin quality time berdua sama doi. #Eaaa.
Ikut Kelas Mentoring di Satu Persen, Temukan Solusi Bersama Mentor Terlatih
Selain ketiga cara diatas, ada juga cara ampuh yang bisa dilakukan untuk membantu kita menciptakan work-life balance yang tepat, yaitu dengan mengikuti kelas mentoring di Satu Persen bersama mentor terpercaya dengan harga yang terjangkau.
Buat yang belum tahu, Satu Persen adalah startup pendidikan yang mengajarkan tentang pengetahuan dan kemampuan penting dalam hidup yang belum diajarkan di sekolah dan masyarakat luas.
Didirikan oleh anak bangsa pada pertengahan 2019, Satu Persen menjadi startup yang sudah membantu banyak orang untuk mencari solusi tentang permasalahan hidupnya. Semua mentor Satu Persen merupakan lulusan psikologi yang sudah ahli dibidangnya.
“Wahh ikut program mentoring dan konsultasi gitu ntar dikira gila, gak mau ah!”
Eitss! Tunggu dulu!
Mengikuti program mentoring dan konsultasi ke psikolog bukan berati gila ya kawan. Tapi justru kita akan mendapatkan banyak manfaat seperti :
- Bisa curhat sama Mentor terlatih.
- Bareng-bareng cari solusi dari masalah yang sedang dihadapi.
- Mencari solusi lewat worksheet yang dibuatkan sesuai dengan masalahmu.
- Lebih mengenal diri sendiri melalui berbagai psikotes.
Karena adanya manfaat itulah saya memutuskan untuk mendaftar dan ikut program mentoring. Ketika saya mengikuti test kepribadian dan test minat karir, saya sangat terbantu dalam mengetahui tipe kepribadian saya, kelebihan, kelemahan yang saya miliki hingga bidang karir yang cocok untuk saya tekuni.
Belum lagi, sesi private voice call dengan mentor memberikan saya ruang aman yang benar-benar nyaman untuk cerita dan konsultasi. Setelahnya, mentor akan memberikan catatan konsultasi dan worksheet yang relevan dengan masalah yang kita hadapi.
Sungguh, mengikuti program mentoring ini benar-benar dapat membantu saya memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Termasuk bagaimana menciptakan work-life balance agar hidup lebih produktif.
Saya yakin dengan mengikuti kelas mentoring dari Satu Persen, maka sedikit demi sedikit kita akan mampu hidup seutuhnya.
Semoga artikel ini bermanfaat untuk kamu yang memiliki anxiety yang sama. Semangaat!
Karena di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat.
#SatuPersenBlogCompetition
#HidupSeutuhnya
asyik banget aku jadi mupeng juga bikin ginian agar bisa menganlisa apakah aku life balance
Istilah work-life-balance ini memang sedang digalakkan banget ya. Menyeimbangi kehidupan pribadi dan pekerjaan penting sehingga jangan sampai salah satunya mengalami kendala. Boleh semangat bekerja tapi jangan sampai mencampuri dengan hal pribadi.
aku nih masih kurang balance mba natih, pdhal dah pengen banget hidup seimbang begini, bismillah ya udah diniatkan buat Work Life Balance biar nggak cuan aja yg didapet tapi juga tetep sehat dan nggak strress hihi
Membaca tulisan Mbak Natih seperti mencharge diri lagi untuk kembali menyeimbangkan agar lebih produktif lagi. Betul sekali kadang distraksi whatsapp dan notif instagram mengganggu diri ini hiks. aku coba ah satupersen ini
Memang benar yaa, hidup kita itu harus seimbang antara lahir maupun batin, jiwa maupun raga. Dan kita memang harus membatasi yang seharusnya dibatasi dan memprioritaskan yang seharusnya diprioritaskan. Tetap semangat terus
Jadi ibu rumah tangga dan melakukan pekerjaan yang menghasilkan di rumah sedikit sulit untuk seimbang. Kadang segalanya campur aduk saat keadaan di rumah kurang sesuai untuk melanjutkan kerjaan, misalnya anak rewel. Kadang kalau sudah berurusan sama anak dan kerjaan lain, waktu untuk diri sendiri dirasa mustahil, hehe.
Semangat mba, yang penting sediakan waktu untuk istirahat
Working mindfulness, ini PR buat ibu rumah tangga macam saya. Lagi ngerjain apa, disambi juga sama yang lain. Jadi ndak fokus dan ndak maksimal.
Makasih tipsnya ya Mbak dan info tentang mentoring satu persen
3 hal di atas memang bikin diri seimbang, antara buat kerja dan memanjakan diri. Jadi gak banyak pikiran, bisa lebih nyaman menjalani rutinitas
Paling penting memang tahu dan sadar waktu sih. Kapan harus bekerja, kapan harus memberi self reward pada diri sendiri, dan punya goal tersendiri dalam hidup.
Bagus tulisannya, sangat bermanfaat
Saya baru tahu ada lembaga satu persen karena selama ini mengikuti channel nya
Sangat bagus untuk keseimbangan hidup ya?
bener banget harus menyeimbangkan work life. Terlebih bagi kita yang bekerja multistaking, memiliki side job, harus menyusun jadwal sebaik mungkin dan tidak melupakan self care juga.
Intro bagus sekali tentang work life balance. Setelah itu self care yang harus perlu kita perhatikan. Memang penting banget untuk mencari mentor sekaligus konsultasi di masa pandemi yang kadang mental kita tidak sehat.
hihih distraksi handphone itu memang sesuatu banget ya, dari yang harusnya bisa selesai 20 menit bisa jadi 2 jam gegara sibuk dengan handphone yang kita tidak bisa kendalikan, hhihihih.
kayaknya saya juga butuh ini deh, secara meski bekerja di rumah tapi kan harus mindful juga ya.
Pengan banget punya Work-Life Balance. Sering keteteran dengan banyak pekerjaan. Untungnya nemu artikel ini. Salah satu tipsnya adalah hadir sepenuh hati di pekerjaan. Keren nih untuk dipraktekkin. Makasih Kak artikelnya.
bener banget mbak, hidup sebaiknya seimbang kalau berat sebelah, nantinya akan ada yang dikorbankan entah kesehatan atau hal lain. Untuk saya me time penting banget selain sebagai self care yang dapat menjaga saya tetap waras, sy juga melakukan jeda. Baru tahu kalau di satu persen ada sesi konsultasi. Banyak lo yang belum menyadari tentang pentingnya kesehatan mental, ulasan mbak lengkap banget, suka deh
Wah bener-bener nih mbak. Setuju saya, perlu seimbang. Kadang ga terasa hidup kita/keseharian kita habis di kantor. Btw makasih tips buat work-life balance nya.
Dulu kerja pernah tumbang beberapa kali karena tidak pernah libur mingkin dengan tips ini lebih bermanfaat makasih sarannya mbak
Setuju banget sih ka.. perencanaan diawal itu perlu banget..kalo kerjaan satu selesai bisa ngerjain tugas selanjutnya
Gila kerja, itu sudah pernah aku rasakan. Sampai asam lambung naik, tumbang beberapa kali. Ya, itu dulu pas lagi seneng-senengnya lembur sampai lupa makan.
Mulai ke sini, saya gak pernah ambil lembur lagi, selain itu asam lambung udah menjurus ke gerd yang belum sembuh hiks.
Mencintai diri sendiri itu penting, biar hidup kita imbang ya. Plus kerjaan beres karena kita fokus dan terencana.
Ya ampun Mba Natih, sampe kena muntaber & gerd. Pasti gak enak banget. Huhu
Kayaknya emang kalau kerja itu perlu fokus ya, biar cepat selesai dan gak ngerasa capek juga. Kalai aku sering banget terdistraksi sama sosmed, makanya akhir-akhir ini HP aku silent kalo pas lagi butuh fokus.
Iya betul Mba Ning, saya sekarang juga berusaha begitu Mba, kapok banget sakit seminggu jadi gak bisa kerja dan gak bisa nge-blog.. terkapar tak berdaya wkwkwk
Tipsnya ngena banget mbak. Hadir penuh, selfie care, tentukan prioritas. Saya lagi berusaha jalanin ketiganya mbak. Mudah mudahan bisa. Aaamiin
wahahahha apa kabarnya aku yaaa yang tinggalnya di mess kantor, hihihi. Mengkotak-kotakkan kehidupan kerja sama kehidupan pribadi jadi bias, sebatas dinding kamar dan ruang-ruang kerja. Emang ada plus minusnya sih. Tapi so far, yg aku lakukan sih di hari libur penuh, aku beneran keluar buat me time atau quality time sama pasangan atau temen karena jauh dari keluarga
wahh ternyata Kak Wulan lagi merantau yaa, aku pribadi sebenarnya lebih suka merantau kak, bisa lebih fokus. Cuma memang jadi jauh dari keluarga yaa, tapi disanalah moment kangen sama keluarga kalau pas pulang kampung
Ahh ternyata gak aku sendiri aja yang ngerasain mudah capek banget belakangan ini… Seringkali aku juga tidurnya larut, bahkan malam itu juga muncul overthingking… Dan blakangan juga aku menulis di blog itu hanya dua biji saja tapi seperti udah nulis banyak aja gitu kak. Mungkin benar aku harus menerapkan cara work life balance supaya hidupnya makin produktif.
Terima kasih sharingnya kak Natih, semangatt…
tenang… you are not alone, hihi. Aku saat ini juga lagi berusaha agar bisa selalu balance antara kerjaan dan kehidupan pribadi. Minimal jangan diganggu pas lagi weekend aja udah bersyukurnya minta ampun
Memiliki over time bekerja sebenarnya tidak nyaman, karena butuh istirahat cukup di satu sisi. Gaya hidup sehat dan seimbang perlu.
Bener banget tuh. Bnyk pikiran emg picu stres. Tp emg dasarnya manusia itu suka ngeluh yak. Kerjaan numpuk, stres. Ga ada kerjaan, jg stres.
Nah hidup itu emg ga selalu buat krj. Hrs ada wktnya menikmati hidup, terutama thd teman/kluarga.
Ah jd pgn konsultasi jg nih. Level stres ku udh brp yak??
Wahh benar mba, seringkali ketika kita terdistraksi buat nyari informasi di hp dgn niat awalnya sebentar saja, eh tiba2 ada notif lain2nya yg bikin waktu kita tanpa sadar terbuang sia2. Nah kalau aku perhatikan dari ketiga cara menjaga work life balance ini, aku paling not good yang nomor 2 mba karena seringkali dalam bekerja, maunya mengerjakan semuanya padahal lebih bagus fokus pada pekerjaan satu dulu shingga bisa makin produktif lagi ya mbaa. Terima kasih sharingnya mba
Kepo kerja 6,5 jam di perusahaan mana kak? Aku dlu pas kantoran kerja 15 jam? work life Balance? Apa itu? Hoho. Pe rumah udah teler langsung tidur. Tiba2 udah pagi lagi langsung siap2 kerja. Begitulah suasana kerja di ibukota. Sampai akhirnya pada demo ke perusahaan, dan kami bs kerja 8 jam
di kampus kak, hahaha. Sekarang karena pandemi jadi kerja 6.5 jam normalnya 8 jam sih
Ah iya, emang harus balance ya mba
yang susah itu hadir penuh itu, kayaknya suka nggak fokus
masih multitasking
apapun juga kalo gak seimbang pasti ada yang tumbang ya mba, kalo overworking ya yang tumbang soal diri sendiri dan sebaliknya. tapi kadang yang susah emang kalo pas lagi ketemu deadline beruntun, duh stressnya. kalo udah gini ya kadang relain waktu me time sampai deadline beres.
Benar juga tanpa kita sadari kita telah memaksakan diri dalam bekerja dengan harapan hasil lebih maksimal tapi malah jadi minimal bahkan jauh dari harapan.Ujung-ujungnya lelah fisik dan lelah mental. Thank you tipsnya kak?
iya nih, pengin punya work life balance tapi masih sulit ngaturnya 😐
Setujuuu banget mbak. Aku pun sangat terrbantu dengan bikin to do list. Jadi lebih fokus dan sebeneenya pekerjaan jadi cepet selesai ?
Dulu aku pikir orang yang bisa multitasking itu keren karena bisa menyelesaikan banyak pekerjaan langsung dan hemat waktu. Tapi setelah aku belajar mindfulness ternyata justru multitasking itu bisa merusak otak ? dan sebenernya hal yang dikerjakan dgn mindful jauh lebih maksimal hehe
Thank you tulisannyaaaa ?
Iyaa benar sekali kak, work-life balance ini benar-benar dibutuhkan yaa, meskipun gak bisa seimbang-seimbang banget, minimal kita bisa mengatur waktu dan fokus dalam kegiatan yang sedang dilakukan. Pas ke pasar jangan sambil main HP contohnya.
Semoga yaa kita bisa lebih semangat dan produktif lagi
Wah iya sih harus seimbang memang antara work dan kehidupan. Kalau nggak ada sekat bisajadi malah burn out nanti mba ?
Setuju! Pekerjaan dan kehidupan pribadi semestinya memang memiliki porsi yang berimbang. Saya senang mengetahui 3 jurus jitu yang Natih bagikan, solusi manjur bila dipraktekkan ?
yupp Mba Katerina, sepertinya mba Katerina sudah bisa nih mewujudkan work life balance itu
Sebenarnya solusi hidup lebih produktif itu gampang: Tahu kapan waktu memikirkan pekerjaan, tahu kapan waktu memikirkan diri sendiri.
Hanya manusia sering terlalu mencintai pekerjaan sampai lupa mencintai diri sendiri.
Makanya sampai dibuatkan pelatihan untuk menyeimbangkan kapan mencintai pekerjaan dan kapan mencintai diri sendiri.