living-museum-samsara

Menilik Keanekaragaman Budaya dan Kehidupan Masyarakat Bali di Samsara Living Museum

Berbicara soal keanekaragaman budaya Indonesia memang tidak ada habisnya. Keberagaman budaya Indonesia yang tersebar dari Sabang – Merauke telah menjadi simbol persatuan yang dikemas dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Selalu saja ada yang unik dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang pada masyarakatnya yang majemuk.

Keanekaragaman budaya Indonesia itulah yang membuat saya sangat bangga menjadi orang Indonesia.

Contoh Keanekaragaman Budaya Indonesia adalah Budaya Bali

Salah satu aset budaya Indonesia yang adiluhung adalah keaneragaman budaya yang dimiliki oleh Bali. Pulau Dewata, pulau seribu pura. Bali memang sudah menjadi tujuan wisata budaya yang mendunia. Jika berkunjung ke Bali, tempat wisata  yang pasti dikunjungi wisatawan adalah Ubud dan Uluwatu untuk menikmati keindahan pertunjukan kecak dengan segudang filosofinya.

Cak, cak, cak, tiit… begitulah suara para penari kecak  saling bersautan membentuk sebuah irama yang bersatu padu.

Namun, pesona budaya dan kearifan lokal Bali sejatinya tidak hanya berasal dari keseniannya saja. Bila ditelusuri lebih dalam, budaya dan kearifan lokal Bali sejatinya berasal dari kehidupan sosial masyarakatnya yang penuh dengan ritual dan upacara sakral yang menyatu dengan alam.

Mengunjungi Living Museum

Demi mengapresiasi seni dan budaya Bali, mengawali bulan Kemerdekaan Indonesia ke-76, saya dan rombongan research mengunjungi sebuah living museum untuk observasi lapangan. Museumnya yang terletak di ujung timur Pulau Bali, tepatnya Desa Jungutan, Kabupaten Karangasem. Samsara Living Museum namanya.

Letaknya cukup jauh dari kota Denpasar. Setidaknya butuh waktu sekitar 2 jam berkendara untuk mencapai lokasi, lebih-lebih rutenya terbilang cukup rumit dan titik lokasi museumnya tersembunyi, masuk ke hutan bambu dan perkebunan salak yang menjulang tinggi.

Tidak ada satupun signage petunjuk arah yang mengarah ke Samsara Living Museum ini. Beberapa kali kami turun dari mobil untuk bertanya ke masyarakat sekitar.

Dalam perjalanan saya bertanya-tanya, lokasi museum ini tidak sejalur dengan daya tarik wisata Tirta Gangga atau Lempuyang yang sama-sama terletak di Kabupaten Karangasem. Apa yang ditawarkan museum ini sehingga wisatawan mancanegara berbondong-bondong datang jauh-jauh hanya untuk berkunjung ke sebuah museum?

Ternyata sesampainya disana, saya tergugah. Memang ada yang menarik dari Samsara Living Museum ini.

living-museum-samsara
Aktivitas budaya yang ditawarkan Living Museum Samsara adalah pengalaman merasakan menjadi orang Bali.
Sumber gambar : Samsara Bali

Apabila museum pada umumnya identik dengan pajangan situs-situs kuno dan atraksi pasif dengan cerita bisu yang mungkin hanya dimengerti ketika kita membaca sejarahnya, maka tidak dengan Samsara Living Museum ini.

Pembeda sekaligus penarik perhatian yang dimiliki Samsara Living Museum terletak pada konsep dan aktivitas wisata yang ditawarkan.

Warna-warni kehidupan sosial masyarakat setempat menyatu dengan ritual, budaya, kearifan lokal, dan kekayaan alam sekitar yang terbingkai dalam suatu keharmonisan yang utuh. Sesuai dengan namanya, Samsara living museum adalah museum kehidupan masyarakat Bali yang kental akan tradisi serta upacara Manusa Yadnya, yaitu upacara yang ditujukan untuk manusia, mulai dari dalam kandungan hingga meninggal.

Samsara berasal dari Bahasa Sansekerta, yang berarti kelahiran berulang-ulang. Hal itu memang menjadi kodrat manusia yang akan selalu lahir berulang-ulang kecuali jika ia mencapai Nirwana dan bersatu dengan Tuhan.

The circle of Balinese Life. Itulah tagline yang diusung Samsara Living Museum.

Saya sebagai orang Bali tulen berdecak kagum begitu memasuki areal museum ini pertama kali. “Inilah, the real of Balinese life”.

Konsep Samsara Living Museum

Konsep dari Museum Samsara adalah merekontruksi rangkaian siklus kelahiran manusia di Bali mulai dari dalam kandungan hingga meninggal.

Salah satu hal yang membuat saya tergugah  adalah konsep tata ruang Samsara Museum benar-benar ditata apa adanya, memanfaatkan bahan-bahan alami seperti bambu, batu, atap ilalang, dan material alami lainnya. Bahkan, pagarnya terbuat dari anyaman daun salak yang berduri. Suasananya sangat segar dan ramah lingkungan.

jalan-menuju-living-museum-samsara
Pagar ramah lingkungan yang terbuat dari daun salak berduri

“Om Swastyastu” itulah sapaan khas Bali yang dilontarkan penerima tamu di Samsara Living Museum ketika kami masuk ke gapura yang terbuat dari bebatuan alami.

Gapura-pintu-masuk-living-museum
Gapura Samsara Living Museum terbuat dari material alami yang ramah lingkungan yaitu bebatuan alami dan atap alang-alang

Sebelum memulai tour, wisatawan akan diberikan welcome drink berupa jamu kunyit yang diolah oleh masyarakat sekitar dan kamben atau selendang yang diikat di pinggang.

Namun, dalam suasana PPKM Darurat, Samsara Living Museum sebenarnya tidak menerima kunjungan wisatawan. Karena kami datang jauh-jauh dari Denpasar, Bli Ida Bagus Wisnawa, pemandu lokal yang ramah dengan senang hati mengantarkan kami berkeliling. Syukurlah…

Ruang Display Samsara Living Museum

ruang-display-living-museum
Ruang Display Samsara Living Museum

Pertama-tama, kami diajak melihat ruang display yang memperlihatkan siklus hidup manusia di Bali. Dimulai dari berbagai nilai kearifan lokal dan tradisi yang melekat sejak bayi masih berada di dalam kandungan, lahir ke dunia, hidup dan tumbuh dewasa, hingga ia mati.

Ada sekitar 14 rentetan upacara Hindu yang disajikan dalam bentuk foto, penjelasan makna dan filosofinya, serta miniatur alat dan upakara yang digunakan.

Tidak hanya itu, wisatawan yang masuk ke ruang display ini akan ditemani oleh seorang pemandu lokal yang begitu informatifnya menjelaskan filosofi dan makna masing-masing rentetan siklus hidup yang ditampilkan.

Upacara Nyambutin-Keanekaragaman-Budaya-Indonesia
Salah satu upacara manusia yadnya yaitu Nyambutin, upacara pemberkatan saat bayi berusia 3 bulan.

Jika beruntung, wisatawan yang berkunjung ke museum saat masyarakat sekitar ada yang sedang melangsungkan upacara manusa yadnya, maka wisatawan tersebut akan diajak berkunjung ke rumah masyarakat dan merasakan suasana ritual seperti apa adanya.

Itulah yang membuatnya makin menarik karena segala aktivitas ritual yang ditampilkan pada ruang display tidak pernah dibuat-buat atau didemonstrasikan hanya untuk menyenangkan hati wisatawan. Semuanya nyata sesuai kondisi masyarakat saat wisatawan berkunjung.

ruang-display-living-museum

Dalam ruang display ini juga terdapat sebuah baliho yang menunjukan silsilah masyarakat yang berkembang di Bali. Darimana awal mulanya dan siapa-siapa saja keturunannya. Sumpah, selama 24 tahun hidup di dunia, saya baru tahu sekarang. Hehehe

Aktivitas Budaya di Samsara Living Museum

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, konsep Samsara Living Museum adalah aktivitas-aktivitas budaya dan kearifan lokal yang dikemas begitu nyata sebagaimana kehidupan masyarakat Bali sehari-hari.  Aktivitas budaya yang ditawarkan adalah aktivitas-aktivitas budaya yang ada kaitannya dengan ritual manusa yadnya yang ditampilkan pada ruang display tersebut

Majejahitan dan Metanding

Majejahitan-dan-mentanding-canang
Aktivitas budaya majejahitan dan metanding yang bisa diikuti wisatawan Sumber gambar : samsarabali

Majejahitan merupakan aktivitas membuat sarana ritual persembahyangan. Setiap hari masyarakat Bali selalu membuat canang atau banten sebagai sarana yang dipersembahkan kepada Tuhan. Bahan yang digunakan berupa janur kelapa dan daun pisang. Semuanya berasal dari alam.

Di Samsara Living Museum ini, wisatawan tidak hanya bisa melihat bagaimana mereka majejahitan, tetapi juga bisa ikut belajar membuatnya. Masyarakat setempat akan mengajarkan dengan sabar dan telaten.

Setelah majejahitan, wisatawan akan diajak melihat aktivitas budaya metanding canang. Kerangka canang yang sudah dibuat dari janur lalu diberikan bunga diatasnya dan ditata sesuai dengan arah mata angin.

Bukan tanpa alasan, ditata sesuai arah mata angin tersebut sesuai dengan konsep Dewata Nawa Sanga yaitu Sembilan Dewa yang dipercaya menjaga seluruh penjuru mata angin.

Belajar Memasak Makanan Tradisonal Bali dan Tradisi Megibung

cooking-class-keanekaragaman-budaya
Sumber gambar : samsarabali

Sejak zaman dahulu, masakan Bali sudah dikenal sebagai salah satu masakan yang berkarakter dan memiliki cita rasa yang kuat. Untuk memperkenalkan masakan Bali yang autentik, Samsara Living Museum juga menyediakan aktivitas memasak secara khusus yaitu masakan tradisional Bali.

Menu andalannya adalah lawar, pesan telengis, pelecing, jukut urab, timbungan, jukut undis, dan laklak.

timbungan-masakan-tradisional-bali
Bebek timbungan, salah satu menu cooking class Samsara Living Museum
Sumber : Timesindonesia

Setelah belajar memasak, hasil masakan akan disajikan dalam tradisi makan bersama, atau dikenal dengan istilah megibung yang masih dilestarikan oleh masyarakat Karangasem sampai sekarang. Megibung ini memiliki makna kebersamaan dan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan.

Selain menunjukan kebersamaan, ada aturan yang mesti diperhatikan saat magibung. Secara umum, aturan tersebut mengajarkan etika, estetika, dan logika. Dimana posisi duduk harus bersila, lesehan, dan posisi miring ke kanan yang berarti kebaikan.

Membuat Arak Tradisonal

dapur-bali-memuat-arak
Dapur Tradisional Bali sebagai tempat membuat arak nyuh khas Samsara

Sebelum menjadi minuman keras yang beredar di Bali, arak sebenarnya adalah pelengkap ritual upacara keagamaan. Di Samsara Living Museum, arak dibuat secara tradisional. Adapun arak yang dominan diproduksi adalah arak kelapa dimana bahannya pun ada disekitar museum.

Proses pembuatan arak di Samsara Living Museum melalui fermentasi dan penyulingan alami melalui tabung-tabung bambu. Setelah uap dingin menetes dan tertampung, proses selanjutnya arak difermentasi dengan cara dikubur di tanah sebagai simbol Ibu Pertiwi yang bermakna kehidupan.

Arak-Nyuh-Samsara
Salah satu produk lokal yang diproduksi langsung di museum Samsara adalah Arak Nyuh atau arak kelapa yang diproses secara tradisonal

Sekali lagi, Samsara sukses membawa saya berpetualang ke dalam cerita kearifan lokal yang ramah lingkungan.

Trekking Ke Kebun Upakara

Jalur-trekking-samsara
Jalur Trekking di Samsara Living Museum

Setelah mempelajari aktivitas budaya, selanjutnya wisatawan akan diajak menyusuri jalan setapak ke kebun upakara yang berada di dalam museum. Kebun Upakara ini merupakan tanaman-tanaman yang dibutuhkan dalam membuat sesajen upacara manusia yadnya yang ditampilkan dalam museum.

Setiap kebun terdapat papan informasi seputar tanaman yang ditanam dan apa fungsinya, sehingga wisatawan lebih mudah mengenal jenis tanaman yang berperan dalam upacara di Bali.

Setelah dua jam berkeliling, tidak terasa kami sudah kembali berada di depan gerbang utama yang menandakan tour de museum kali ini sudah berakhir. Samsara Living Museum telah sukses memberikan kesadaran bahwa hidup selayaknya selalu mengamalkan konsep Tri Hita Karana yang bermakna tiga hubungan harmonis penyebab kebahagiaan, yaitu hubungan yang harmonis dengan Sang Pencipta, harmonis dengan sesama manusia, dan harmonis dengan lingkungan.

Pendirian living museum ini tidak mengacu pada perolehan profit semata, tetapi lebih kepada memberikan bukti nyata adanya giat pelestarian budaya dan lingkungan hidup berbasis komunitas dan kearifan lokal.

Samsara Living museum juga mengajarkan saya nilai-nilai kehidupan sederhana yang bahagia, terlepas dari ambisi dan setumpuk cita-cita yang membuat saya seringkali mengabaikan kebesaran Tuhan, kebaikan alam dan lingkungan sekitar kita.

Aktivitas budaya yang kental akan tradisi adat istiadat serta dibalut dengan pendekatan storynomic tourism ini membuat saya makin bangga. Lebih dari itu, konsep pengembangan museum yang ramah lingkungan dan pro masyarakat lokal membuat living museum ini layak untuk dilestarikan.

Mari jaga dan lestarikan budaya, karena melestarikan budaya artinya ikut menjaga lingkungan

#IndonesiaBikinBangga

#KeanekaragamanBudayaIndonesia

#UntukmuBumiku

#BloggerPerempuan

16 komentar untuk “Menilik Keanekaragaman Budaya dan Kehidupan Masyarakat Bali di Samsara Living Museum”

  1. Begitu mendengar kata Bali, yang terlintas adalah “Budaya” “Tempat Wisata” “Alam” . Membaca artikel ini, memang sesuai dengan keyword tersebut. Bagus banget, semoga nanti kalau ke Bali, bisa berkunjung ke Samsara Living Museum.

  2. Lengkap ya lingkup wisatanya, dari kultural sampe gastro, ditambah ecotourism-nya dapet juga.

    Sebelum pandemi, saya juga sering ngikut workshop dan pengembangan wisata dan museum, yg sering dibahas emang konsep storynomic itu.

  3. Banyak sekali dan kaya sekali ragam budaya Bali!

    Pantesan disebut Pulau Dewata ya, karena segalanya diatur menurut sesembahan para dewa!

    Dan uniknya karena filosofi pulau Dewata ini relate dengan kehidupan manusia di bumi

  4. Sangat beragam sekali aktivitas di Living Museum Samsara. Dan sangat mempertahankan budaya dan kearifan lokal. Dari Bali saja kita bisa banyak mendapat keragaman budaya yang begitu kerennya. Jadi perlu sekali aktivitas seperti ini didukung oleh semua pihak ya, apalagi Living Museum Samsara nggak orientasi untung semata.

  5. Waaaaaaaaaah… pengalaman yang seru ini, kak. Itu serius kita bisa punya kesempatan seharian jadi orang bali lengkap dengan kultur dan budayanya? Yang begini, nih.. bisa jadi sarana pemersatu bangsa dengan memahami karakter budaya milik orang sekitar kita. Salut!

  6. aahhh aku nonton video nya living museum samsara tuh adem dan insightful banget yaa, bener2 dikasih prototype kebudayaan2 bali sama bisa juga cobain juga. keren juga udh pake gadget buat pemindaian2 pengunjung selama covid ini

  7. Bali sangat mengesankan, yang saya kagumi adalah kemauan masyarakat bersama menjaga budaya dan alam. Semua dibuat berdampingan, ada keseimbangan. Lokasi ini baru tahu sekarang, semoga kalau ke Bali bisa berkunjung ke museum ini.

  8. Keren suasananya asri banget, kalau saya lihat dari videonya, masih ada suara-suara khas pedesaan tempo doeloe, seperti rumah nenek saya yang rumahnya tepat dibawah kaki gunung dan seperti itulah kondisi lingkungannya.

  9. waw indah banget kak, saya paling suka lihat ruang display nya kelihatan nya sejuk dan asri banget kalau bisa tinggal di situ hehehe

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.