Pekan Olahraga Nasional (PON) XX sebentar lagi akan diselenggarakan di Papua, Bumi Cendrawasih yang kaya pesona. Meskipun ditunda setahun karena pandemi Covid-19, event olahraga bergengsi yang diselenggarakan setiap empat tahun sekali itu akhirnya resmi dibuka 2 Oktober 2021 mendatang.
Mendengar kabar tersebut pertama kalinya di sosial media, saya yakin penyelenggaraan PON XX Papua ini akan menjadi salah satu momentum kebangkitan Bangsa Indonesia dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19. Artinya, meskipun hingga kini Covid-19 masih menjadi musuh bebuyutan yang harus segera dibasmi, tetapi semangat dan optimisme harus tetap berkobar! Bak mentari yang selalu membawa harapan dan semangat baru setiap harinya.
Saya sendiri penasaran dan ingin nonton perhelatan olahraga terbesar di Indonesia itu secara langsung. Andai saja tidak ada pandemi yang membuat semuanya berjarak, saya pasti sudah booking tiket agar bisa terbang ke sana dan menyaksikan perhelatan akbar itu.
Entah kenapa euforia PON kali ini begitu terasa. Apakah mungkin karena penyelenggaraan kali ini begitu istimewa karena dilaksanakan di Papua? Papua adalah daerah kaya yang mungkin saja belum terlalu tereksplor, namun Papua akan selalu menjadi Mentari Harapan Baru dari Timur bagi Indonesia dengan budayanya yang adiluhung, bentang alamnya yang indah menawan, serta jiwa masyarakatnya yang semangat dan pemberani.
Jika PON XX sukses digelar di Papua, maka semangat wajah Indonesia terutama Papua akan lebih bersinar di mata dunia.
Ngomong-ngomong soal Mentari Harapan Baru dari Timur, saya jadi ingat sebuah festival heroik berbalut kekentalan budaya suku asli yang tinggal di pedalaman Papua. Festival Lembah Baliem namanya. Festival Baliem seharusnya digelar juga tahun ini. Karena lagi dan lagi pandemi tak bisa kompromi, akhirnya Festival tersebut ditiadakan. Sedihnya….
Daftar Isi
Mengulik Keunikan Festival Lembah Baliem
Festival Lembah Baliem sudah mulai diselenggarakan turun-temurun sejak tahun 1989 selama 3 hari. Selain untuk melestarikan tradisi, Festival Lembah Baliem ini juga digelar sebagai peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Oleh karena itu, Festival Lembah Baliem ini biasanya diselenggarakan pada bulan Agustus setiap tahunnya.
Keunikan Festival Lembah Baliem ini ternyata sudah terkenal dan telah mendatangkan ratusan bahkan ribuan wisatawan domestik maupun mancanegara. Saking uniknya, wisatawan pun rela datang jauh-jauh, menaiki bukit dan menuruni lembah untuk bisa sampai di Lembah Baliem.
Saya jadi makin penasaran dan pengen ngulik lebih dalam seunik apa sih Festival Lembah Baliem itu?
Festival Lembah Baliem merupakan festival budaya yang diselenggarakan di Lembah Baliem, sebuah lembah eksotis di Pegunungan Jayawijaya, Wamena, Papua yang sangat luas. Panjangnya bisa mencapai 80 km dan lebarnya mencapai sekitar 20km. Di lembah itu tinggal suku asli Papua yaitu Suku Dani, Lani, dan Yali yang menjadi aktor utama dari Festival Lembah Baliem ini. Yang membuat makin menarik, festival budaya yang dimaksud tidak hanya pergelaran tari-tarian seperti festival budaya pada umumnya, tetapi festival perang. Lho kok?
Festival Lembah Baliem sejatinya merupakan sebuah tradisi perang-perangan yang dilakukan oleh Suku Dani, Lani, dan Yali yang dibalut skenario cerita yang unik dan menarik. Adis, salah satu teman saya yang berasal dari Papua bilang kalau perang-perangan tersebut merupakan simbol kesuburan, kesejahteraan, dan harapan. Meskipun hanya pura-pura, masyarakat yang terlibat sangat serius melakoni perang tersebut. Makin penasaran? Lanjut baca yuk!
Bermula Dari Pembunuhan dan Penculikan
Festival Lembah Baliem menceritakan sepasang suami istri yang sedang bekerja di kebun bersama anaknya yang masih kecil. Kemudian datanglah sekelompok laki-laki dari suku lain. Mereka membunuh si bapak dan membawa lari si ibu, sementara anak kecil tersebut dibiarkan menangis dihadapan jenasah ayahnya. Tak lama, lewatlah kerabatnya dan menjumpai anak kecil yang sedang menangis. Anak itu pun menceritakan apa yang terjadi. Mereka membawa jenasah lelaki itu ke kampung untuk dikremasi.
Aksi Balas Dendam Berujung Perang Antar Suku
Karena murka dan tidak terima terhadap perilaku kejam yang dilakukan suku pelaku, kelompok suku pihak korban pun melakukan serangan terhadap kelompok yang menculik sang ibu. Sementara itu, di pihak para penculik, seorang laki-laki dengan cekatan memanjat sebuah menara pengintai atau kayo yang terbuat dari kayu-kayu sebesar lengan orang dewasa, yang dirangkai dengan tali rotan dan akar-akar pohon.
Menara pengintai (kayo) menjulang lebih dari 10 meter di sisi lapangan yang luas. Lelaki tersebut kemudian memandang ke segala arah lalu berteriak “Waa … waa … waa … huuu … huuu … huuu …” sambil membentangkan sebuah tongkat yang berhias bulu kasuari. Seketika anggota kelompok mereka pun waspada.
Dari beberapa sudut sekitar tiga puluh orang bersenjatakan busur dan anak panah serta tombak bersembunyi di rerumputan. Garis-garis putih sebagai riasan di wajah dan tubuh mereka yang gelap tampak kontras dengan hiasan kepala mereka yang terbuat dari bulu ayam maupun bulu cenderawasih. Beberapa tampak mengenakan hiasan taring babi di hidung. Sebagian yang lain menggunakan taring babi sebagai kalung dengan untaian manik-manik atau mengenakan kalung dari untaian kerang-kerang kecil.
Sebuah teriakan lagi menggema dan seketika mereka semua berlarian keluar dari rerumputan sambil menyerukan teriakan perang dan menyerbu sekumpulan orang di sisi lain lapangan. Kontak fisik dan senjata terjadi, dan serangan yang dilakukan dengan mengendap-endap itu pun berubah menjadi perang terbuka. Lembing (sege) dilemparkan dan anak panah (sike) dilepaskan dari busurnya. Peperangan berhenti saat musuh dipukul mundur.
Kemenangan di Sambut Suka Cita
Pasukan yang memenangkan perang kembali ke kampung mereka membawa pulang perempuan yang telah diculik oleh musuh. Di kampung (di salah satu sisi lapangan) puluhan perempuan dan anak-anak telah bersiap menyambut para prajurit tersebut.
Teriakan kemenangan pun menggema, bersahut-sahutan dan berirama. Mereka kemudian menari, berlari berputar membentuk lingkaran. Semakin cepat teriakan itu bersahutan semakin cepat pula mereka berputar sambil mengacung-acungkan senjata mereka.
Tarian kemenangan perang itu diakhiri dengan teriakan yang membahana ke segala penjuru. Dalam tradisi Baliem, kemenangan perang memang selalu disambut seluruh warga suku dengan tarian dan nyanyian.
Tradisi Memasak Diatas Batu Panas
Selain pertunjukan peperangan, atraksi lain yang tidak kalah unik dari Festival Lembah Baliem ini adalah tradisi memasak menggunakan batu panas. Tradisi ini merupakan tradisi turun-temurun dari nenek moyang Papua. Tradisi memasak tersebut merupakan ungkapan rasa syukur atas acara yang telah mereka gelar dan rasa syukur atas kondisi mereka yang baik-baik saja.
Bakar batu juga digelar untuk mengumpulkan prajurit sebelum berperang, merayakan kemenangan atas perang antar suku, memulihkan keharmonisan antarmanusia akibat peperangan atau kematian, serta ungkapan saling memaafkan.
Bakar batu pun juga digelar untuk memberikan penghormatan terakhir bagi anggota keluarga yang meninggal. Biasanya tradisi ini dilakukan untuk memasak ubi, singkong, sayur, hingga daging yang kemudian ditutup dengan rumput.
Akar Budaya Yang Tetap Lestari
Adanya festival ini membuktikan bahwa kearifan lokal dan adat istiadatnya tetap dipegang teguh meskipun di tengah modernisasi. Yang paling menonjol adalah pakaian yang dikenakan oleh suku-suku Lembah Baliem yang hanya menggunakan penutup kemaluan atau koteka. Koteka terbuat dari kulit labu air yang dikeringkan dan dilengkapi dengan penutup kepala yang terbuat dari bulu cendrawasih atau kasuari, sedangkan para wanita suku Dani mengenakan rok yang terbuat dari rumput atau serat pakis yang disebut sali.
Ketika membawa babi atau hasil panen ubi, para wanita membawanya dengan tas tali atau noken yang diikatkan pada kepala mereka. Mereka tidak pernah malu untuk tampil seperti itu dihadapan orang banyak karena itulah tradisi dan budaya mereka.
Hubungan Festival Lembah Baliem dengan PON XX Papua
Apa hubungan makna Festival Baliem dengan PON XX Papua?
Meskipun diceritakan berperang, festival tersebut sejatinya tidak menjadikan balas dendam atau permusuhan sebagai tema namun justru bermakna positif yaitu Yogotak Hubuluk Motog Hanoro yang berarti Harapan Akan Hari Esok yang Harus Lebih Baik dari Hari Ini. Seperti halnya Pekan Olahraga Nasional XX di Papua yang akan menjadi “Mentari Harapan Baru Dari Timur” yang diharapkan dapat membangkitkan semangat baru bagi kebangkitan Bangsa Indonesia dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19. Lebih-lebih untuk kebangkitan Papua sendiri. Potensi bentang alam, seni, budaya dan semangat masyarakatnya diharapkan mampu meningkatkan perekonomian demi kesejahteraan masyarakat Papua.
Sa dukung PON XX Papua
Semangat e, Torang bisa!!
Referensi :
wah ternyata kakak ikutan juga ya kompetisi ini. bicara tentang papua. pulau ini memiliki keanekaragaman budaya dan alam yang unik. Pokoknya layak dibilang surga tersembunyi di dunia.
Lembah Baliem, pertama kali aku baca/lihat, saat di siaran TVRI saat aku kecil, awalnya berasa serem gitu. Tetapi, makin ke sini, makin tahu bahwa justru menarik banget budaya mereka (dan Indonesia secara keseluruhan).
waahhh berapa tahun lalu aku tahu festival lembah baliem dan pengen banget kesana langsung buat nonton. Budaya Papua emang masih mengakar kuat banget ya di tengah masyarakat nya, keren dan salut sama suku Papua
Pandemi nih bener2 merusak banyak kegiatan sosial dan festival2 yang udah jadi budaya tiap tahun yaaa huhu. Semoga segera mereda deh supaya festivalnya bisa dilaksanakan lagi, bagus2 bgt fotonya jadi ikut seneng liatnya
Pada tahun 2018, Alhamdulillah saya pernah terpilih sebagai salah satu blogger yang bisa ikut berpartisipasi meramaikan rentetan kegiatan penyelenggaraan Asian Games 2018 berkat memenangkan kompetisi blog Writingthon Asian Games 2018 dan mewakili provinsi Banten. Setelah event selesai, rasanya ketagihan ingin ikut terlibat di event2 pesta olahraga lagi. Maka, ketika tahu bahwa PON XX akan diselenggarakan di Papua, segala memori saat mengikuti Asian Games itu seketika hadir kembali, dan membayangkan betapa serunya jika kita bisa berkesempatan untuk menyaksikan perhelatan PON di Papua secara langsung. 🙂
Ulasannya menarik, Kak. Membuat para pembaca rasanya ingin terbang ke Papua dan menikamti euforia PON langsung dari tempatnya.
Salam hangat. 🙂
Selama ini Indonesia terpusat di pulau Jawa terutama Jakarta, padahal ada banyak kota di Indonesia yang indah dan perlu diperhatikan. Cukup senang PON XX diadakan di papua, pulau paling timur Indonesia. Setidaknya dengan begini, pemerintah, masyarakat dan media akan memberikan atensinya kepada papua. Tak sabar melihat laporan event para media ataupun masyarakat saat PON XX di papua nanti.
Papua yang nggak tersentuh pembangunan justru masih asri budaya dan alamnya. Kata wajib bangga dengan budaya yang masih lestari, semoga ke depan, budaya dan tradisi di Papua nggak hilang dimakan kemajuan teknologi.
Pengen suatu saat bisa nonton festival Lembah Baliem secara langsung, kayaknya seru sekaligus menegangkan ya.
“Harapan Akan Hari Esok yang Harus Lebih Baik dari Hari Ini” jadi quote favorit hari ini. Selain PON, aku takjub banget dengan budaya Papua. Semoga Papua makin maju jadi kota wisata. Jangan bali doang yang terkenal yes, Papua juga harus terkenal dengan kearifan lokalnya
Aseli budaya Indonesia sangat beraneka ragam yang membuat banyak turis mancanegara tertarik untuk berkunjung ke Indonesia. Semoga event nya lancar dan aman di tengah pandemi covid-19… Aaamiiin
Ini kalau tidak ada pandemi bakal banyak yang akan berkunjung ke Papua , selain meramaikan acara PON XX juga eksplorasi wisata yang sangat khas di sana. Lembah Baliem itu terkenal banget…
Semoga pandemi segera berakhir ya biar bisa bepergian dengan bebas…
Iya betul sekali Mba Okti, coba saja pandemi ini tidak ada yaa..
tapisemua berharap agar PON berjalan lancar, amiinn
Senang ketika tahu PON tahun ini dilakukan di Papua
Dengan begitu bisa semakin mengangkat budaya dan pariwisata di Papua
Amin mba Dee, semoga penyelenggaraan PON tahun ini lancar jaya meskipun harus terlaksana di tengah Pandemi Covid-19
Ulasan yang sangat menarik. Saya pun termasuk salah satu orang yang sangat antusias menyaksikan gelaran PON XX Papua kali ini. Meskipun nggak bisa nonton langsung, nonton lewat TV pun jadilah. Menarik mengetahui keunikan Festival Lembah Baliem ini ya, dan ternyata ada hubungan manis dengan penyelenggaraan PON, tentang semangat dan harapan baru untuk masyarakat di sana semoga menjadi lebih sejahtera dan berjaya. Semoga semua tujuan baik dari perhelatan akbar ini bisa tercapai. Yok kita dukung sama-sama.
Terima kasih mba, yuk dukung PON XX Papua, torang bisa!!
Unik juga ya mbak kebudayaan dan tradisi suku-suku di Papua. Saya selama ini hanya mengenal nama suku Dani dan itupun karena materi pelajaran sewaktu SD.
Semoga dengan diadakannya PON di Papua akan membawa semangat baru di bidang olahraga untuk Indonesia ya..
Amin kak, terima kasih yaa sudah mampir
semoga PON Papua benar-benar sukses meskipun lagi pandemi
Membaca kisah seputar Festival Lembah Baliem di artikel, membuat saya membayangkan betapa meriahnya festival ini. Saya baru tahu terntaya perayaan festival ini digelar sebagai memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia juga. Mungkin festival perang-perangan ini menjadi sebuah filosofi rasa semangat dalam PON XX Papua yaa, sebagai semangat yang tak pernah padam menghadapi pandemi juga. Nice artikel kak 🙂
Hallo Kak, terima kasih sudah mampir
iya, festival ini selain menjadi tradisi juga sebagai peringatan hari Kemerdekaan. Saya juga kagum sekali dengan semangat juangnya.. keren
Wah saya melihat harapan yang besar dengan adanya PON ini. Semoga pandemic cepat berlalu dan semangat serta antusias masyarakat semakin tinggi untuk event emas ini ????. Suka sekali dengan tulisan di blog ini ? terus berkarya ya kak..
Terima kasih Amel sudah mampir. Semoga yaa pandemi cepat mereda dan PON bisa terlaksana dengan baik
Kalau sudah tentang budaya memang slalu menarik? semoga dengan terselenggaranya PON di Papua, bisa sekaligus memperkenalkan budayanya dan menjadi batu loncatan pertumbuhan ekonominya. Torang bisa?
Budaya dan kearifan lokal Indonesia memang mantap e kaka! Semangat, torang bisa!!
Thanks for the insight
Wahh semoga pandemi ini cepat usai dan semoga pon papua ini dapat berjalan dengan lancar.
astungkara bisa terlaksana dengan baik yaa
Semoga setelah pandemi selesai kita bisa menonton festival kembali, tulisannya sangat mengedukasi!
WOW! Sangat menarik Semoga PON Papua bisa terlaksana dengan sebagaimestinya , CAN’T WAIT?. Semoga pandemi segera berakhir dan Indonesia normal kembali?✨. Tulisannya bagus kakk… semangatt berkarya ditunggu tulisan lainnya ????
Semoga cepat berlalu ya pandemi ini, thank you Desy udah mampir
Semoga semua hal tentang pandemi ini bakalan cepat berlalu & banyak event event seperti ini yg akan diselenggarakan untuk menaikkan semangat masyarakat lagi ??
Semoga yaa, PON Papua akan menjadi momentum emas untuk kebangkitan Papua dan Indonesia era baru. Semangat e! Torang bisa!
Menarik sekali dan menjadi pengetahuan baru untuk saya mengenai seni dan budaya di pulau papua. Berharap pandemi covid cepat berlalu dan fertival lembah baliem ini bisa dilaksanakan. ?
Amin kaka, semoga bumi segera sembuh dari pandemi yaa
Semoga aja pelaksanaan pon di papua nanti berjalan dengan lancar .
Aminn… semoga lancar ditengah amukan pandemi yang tak berujung ini
sangat menarik ya festivalnya, semoga bisa dilaksanakan lagi dan dapat mendongkrak pariwisata yang tengah lumpuh
Iya semoga yaa bisa segera terlewati huhu
Semoga pandemi ini cepat berlalu, dan Kita bisa menyasikan festival budaya dan PON XX
Wahhhh, semoga kita bisa lihat festival ini lagi setelah pandemi
Amin, kak. Ayo semangat e, torang bisa!
Bhineka tunggal Ika
Berbeda beda tetapi tetap satu
The beauty of diversity
Semoga acaranya berlangsung lancar ya kak
Amin, terima kasih yaa, semoga PON XX Papua bisa diselenggarakan dengan lancar
duh..kok keren sih.
aku jujur baru tahu lho kalo ada tradisi macam ini. indonesia emang kayak ya gak hanya sda nya tapi budayanya juga.
mbak aku salut deh sama tulisannya. bener2 jadi melek budaya timur