Nyepi merupakan salah satu hari yang sangat penting bagi umat Hindu di Bali. Nyepi adalah perayaan tahun baru Saka yang dirayakan setiap bulan Maret (Awal sasih Kedasa pada kalender Bali).
Berbeda dengan perayaan tahun baru pada umumnya yang dirayakan dengan penuh kegermelapan, hari raya Nyepi justru dirayakan dengan mengamalkan “Catur Brata Penyepian” yaitu : tidak beraktivitas, tidak menyalakan api dan lampu, tidak berpergian, dan tidak bekerja.
Daftar Isi
3 Tradisi Unik Menjelang Nyepi
Senada dengan namanya, “Nyepi” berarti sunyi. Oleh karena itu Pulau Bali yang biasanya sesak dengan segala aktivitas pariwisata akan sangat sepi dan gelap bak kota mati.
Namun sebelum merayakan hari raya Nyepi, ada 3 tradisi unik menjelang Nyepi yang dilaksanakan dengan meriah oleh umat Hindu di Bali. Apa saja? Yuk mari kita bahas.
Melasti
Melasti adalah tradisi pertama yang dilakukan sebelum perayaan Nyepi. Melasti merupakan perjalanan suci yang dilakukan masyarakat Hindu Bali ke sumber mata air suci seperti laut dan danau.
Air sebagai simbol kesucian ini memiliki filosofi dapat membersihkan segala keburukan yang ada pada alam dan diri manusia. Melasti ini juga bertujuan untuk menyucikan arca, patung, pratima dan Barong pada pura-pura di Bali sebagai manifestasi Tuhan Yang Maha Esa sekaligus memohon Tirta Amertha (Tirta kehidupan).
Tawur Agung Kesanga
Tradisi unik menjelang Nyepi yang kedua adalah Tawur Agung Kesanga. Sehari sebelum Nyepi, umat Hindu melaksanakan upacara Bhuta Yadnya, yaitu upcara yang ditujukan kepada lingkungan dan sekitarnya.
Tawur Agung, tepatnya pada Tilem sasih Kesanga dan dilaksanakan pada waktu tengah hari. Tawur artinya membayar atau mengembalikan, yaitu mengembalikan sari-sari alam yang telah digunakan manusia.
Sari-sari alam itu dikembalikan melalui upacara Tawur yang dipersembahkan kepada para Bhuta, dengan tujuan agar para Bhuta tidak mengganggu manusia sehingga bisa hidup secara harmonis.
Setelah upacara Tawur pada tengah hari, dilanjutkan dengan upacara menyebar nasi tawur, mengobor-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesui, serta memukul benda apa saja hingga bersuara ramai atau gaduh.
Filosofi Tawur adalah agar kita selalu ingat akan posisi dan jati diri kita, dan agar kita selalu menjaga keseimbangan dengan Tuhan, sesama manusia dan alam atau lingkungan.
Pengrupukan “Festival Ogoh-Ogoh”
Tradisi unik menjelang Nyepi selanjutnya yang paling ditunggu-tunggu oleh anak muda Bali adalah Pengrupukan. Tradisi ini jatuh sehari sebelum hari raya Nyepi. Pengrupukan sangat identik dengan “Festival Ogoh-Ogoh”.
Ogoh-ogoh merupakan patung berwujud besar dan menyeramkan yang menggambarkan sifat buruk manusia yang diarak keliling desa dan diiringi gambelan Bali yang disebut Baleganjur. Selanjutnya, ogoh-ogoh tersebut akan dibakar.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menetralisir kekuatan dan pengaruh negatif pada diri manusia. Selain untuk mengusir pengaruh negatif, dewasa ini Festival Ogoh-Ogoh adalah festival budaya yang dijadikan momentum perwujudan kreativitas pemuda-pemudi Hindu Bali. Terbukti dengan adanya perlombaan ogoh-ogoh di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar.
Kesimpulan
Demikian 3 tradisi unik menjelang Nyepi yang rutin dilaksanakan oleh umat Hindu di Bali yang sarat akan nilai budaya dan filosofi.
Berdasarkan tradisi tersebut, terbukti bahwa sejak dulu masyarakat Bali sangat memegang teguh konsep keseimbangan dan keharmonisan yang disebut “Tri Hita Karana”. Bagaimana menjaga hubungan baik dengan Sang Pencipta, hubungan baik dengan alam, dan hubungan baik dengan sesama manusia.
Pernahkah kamu mengikuti 3 tradisi unik menjelang Nyepi di Bali? Bagikan pendapatmu di kolom komentar yuk!