22 Februari 2022 merupakan hari yang istimewa. Bukan karena tanggal itu adalah tanggal cantik. Sama sekali bukan. Pada saat itu saya justru mendapat musibah yang paling tak terduga. Sama sekali tidak disangka-sangka.
Kamu yang lagi baca artikel ini pasti sudah bisa menebak, apa yang terjadi bukan?
Yupss! Saya masuk rumah sakit dengan diagnosa radang usus buntu akut sehingga harus segera dioperasi.
Ini adalah pengalaman pertama saya opname di rumah sakit meskipun sudah pernah operasi lasik mata 2 tahun yang lalu.
Saat operasi lasik mata, saya tidak harus opname karena prosesnya sangat cepat dan tidak sakit. Cerita tentang pengalaman lasik mata bisa kamu baca pada artikel Pengalaman Operasi Lasik Mata di RS Bali Mandara.
Balik lagi soal operasi usus buntu. Selain opname untuk pertama kalinya, saya juga merasakan pengalaman USG, diinfus, dan Swab PCR Nasofaring yang juga serba pertama kali. Deg-degan bukan main, wkwkwk.
Mendengar kabar saya masuk rumah sakit dengan diagnosa radang usus buntu, teman-teman saya pada gak percaya. “Kok bisa Natih kena radang usus buntu, bukannya Natih gak suka makan pedes yaa?”
Nah, berangkat dari banyaknya asumsi tentang radang usus buntu yang dominan dialami oleh pecinta makanan pedas, saya menulis artikel pengalaman operasi usus buntu ini, agar kita sama-sama sadar bahwa semua orang berpotensi mengalami radang usus buntu sehingga kita harus aware sama kesehatan diri sendiri.
Siap membaca cerita saya? Jangan di-skip kalau mau tahu keseluruhan insightnya ya!
Daftar Isi
- 1 Radang Usus Buntu Itu Kayak Gimana Sih?
- 2 Gejala Awal Radang Usus Buntu
- 3 Penyebab Timbulnya Radang Usus Buntu
- 4 Serangkaian Pemeriksaan Sebelum Operasi Radang Usus Buntu
- 5 Dirujuk ke Rumah Sakit Wangaya
- 6 Melakukan Serangkaian Pemeriksaan Lanjutan
- 7 Hari H Operasi Radang Usus Buntu
- 8 Kondisi Pasca Operasi Usus Buntu
Radang Usus Buntu Itu Kayak Gimana Sih?
Sebelum cuap cuap lebih lanjut, yuk kenalan dulu dengan radang usus buntu. Dilansir halodoc, penyakit yang punya nama medis appendicitis ini merupakan penyakit yang menyerang usus buntu, yaitu sebuah kantung di usus besar yang terletak di sisi kanan bawah perut.
Radang usus buntu dapat terjadi karena infeksi bakteri yang berkembang biak dan menyebabkan usus buntu menjadi meradang, bengkak, dan bernanah.
Kata dokter, kalau tidak segera diatasi, usus buntu bisa pecah dan bakteri akan menyebar ke keseluruhan organ penting lainnya. Alhasil, akan memperburuk kondisi kesehatan. Bahkan, ada yang sampai meninggal. Ihh ngerrii.
Gejala Awal Radang Usus Buntu
Gejala awal radang usus buntu yang saya rasakan adalah :
- Sakit perut pada bagian sebelah kanan bawah
- Mual, muntah-muntah, dan diare
- Demam ringan – tinggi
- Sesak dibagian ulu hati
- Punggung terasa berat
- BAB tidak lancar
- Sering buang air kecil
Gejala awal tersebut sebenarnya sudah saya rasakan sejak Desember 2021 lalu. Persis seperti gejala yang saya sebutkan tadi. Yang paling kentara adalah diare yang disertai muntah, deman ringan, dan sering buang air kecil.
Saya lalu memeriksakan diri ke dokter dan katanya saya kena muntaber. Setelah minum obat pereda nyeri dan antibiotik, kondisi saya sedikit membaik. Namun setelahnya, BAB jadi tidak lancar, perut dan ulu hati sakit setiap kali saya bangun tidur.
Saya pun masih belum ngeh sama radang usus buntu, karena, sering telat makan, saya pikir asam lambung lagi kumat atau lagi kelelahan.
Jadi, semenjak saat itu saya selalu menahan rasa sakit di perut yang kadang muncul kadang hilang tiba-tiba.
Sampai puncaknya, 21 Februari 2022 lalu, perut di bagian kanan bawah sakit sekali, disertai pusing, demam, dan kencing berkali-kali.
Awalnya saya takut sesuatu terjadi pada ginjal saya, karena to be honest, saya kurang disiplin minum air putih. Apalagi, sebagai pegawai kantoran dan freelance blogger, saya harus bekerja lebih intens di depan komputer.
Khawatir sesuatu yang lebih parah terjadi, malam itu saya periksa ke klinik di dekat rumah sesuai Faskes BPJS Kesehatan. Setelah menceritakan gejala dan cek kondisi, dokter pun memvonis ini pasti radang usus buntu.
Penyebab Timbulnya Radang Usus Buntu
Kaget bukan main ketika mendengar vonis tersebut, apalagi saya sama sekali tidak makan makanan pedas. Ternyata, makanan pedas bukanlah pemicu utama penyakit radang usus buntu ini.
Setelah saya konsultasi dan cek ricek lagi di internet, kemungkinan saya terinfeksi bakteri akibat adanya penyumbatan partikel-partikel dari makanan yang dibakar seperti sate, ayam bakar, dan lain sebagainya.
Masuk akal sih, karena memang saya setiap minggu bisa 4-5 kali makan sate dan ayam bakar. Bahkan, sebelum cek ke dokter, siang harinya, saya habis makan ayam bakar dan tempe bakar.
Arang-arang hitam yang melekat pada makanan itulah biang keroknya, ditambah kurang minum air putih secara teratur. Akibatnya, bakteri jahat bersarang di usus buntu yang kemudian membuat usus saya meradang dan membengkak.
Setelahnya, saya di rujuk untuk segera ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Serangkaian Pemeriksaan Sebelum Operasi Radang Usus Buntu
22 Februari 2022 yang katanya tanggal cantik itu, saya langsung ke Rumah Sakit Surya Husada yang dirujuk oleh dokter di klinik. Sorenya, saya mengikuti pemeriksaan USG untuk mengetahui secara pasti apa yang terjadi pada organ tubuh bagian bawah.
Ini pertama kalinya saya menjalani pemeriksaan USG. Di depan ruangan USG, sudah banyak ibu-ibu yang antri ditemenin suami tercintanya. Rata-rata memang lagi mau periksa kandungan, wkwkwk.
Tiba giliran saya diperiksa, USG dimulai dari memeriksa bagian hati, limfa, pankreas, ginjal, usus, kantung kemih, ovarium, hingga rahim. Setelah hasilnya keluar, semua organ baik-baik saja kecuali usus buntu.
Terdapat gambaran appendix akut sepanjang 0,6 cm. Berikut kurang lebih gambaran hasil USG.
Dirujuk ke Rumah Sakit Wangaya
Karena radang usus buntu merupakan salah satu kondisi gawat darurat, saya pun harus segera menjalani operasi radang usus buntu sebelum semakin bertambah parah.
Karena Rumah Sakit Surya Husada Ubung kamarnya penuh, saya pun di rujuk ke rumah sakit yang lebih besar, yaitu Rumah Sakit Wangaya. Ini adalah kali kedua saya jadi pasien di RS. Wangaya, pertama ketika saya dilahirkan, 24 tahun yang lalu, kedua, ya sekarang ini, Hehehe.
Setelah diberikan surat rujukan, saya dan kakak langsung bergegas ke Rumah Sakit Wangaya. Setelah 20 menit di perjalanan, kami sampai di depan IGD. Saya langsung turun dan menemui petugas IGD. Kakak saya pun mendaftarkan saya di loket pendaftaran.
Melakukan Serangkaian Pemeriksaan Lanjutan
Setelahnya, saya di bawa ke IGD dan disinilah saya berbaring menunggu nasib dan ikhlas dengan apa yang akan terjadi.
Sesaat kemudian, perawat datang dan menjalankan serangkaian pemeriksaan lagi untuk memastikan kondisi pasien benar-benar aman untuk menjalani operasi radang usus buntu.
Pertama, saya cek tensi dan suhu badan. Semuanya normal. Kemudian, tiba saatnya saya harus diinfus. Saya gak berani noleh ketika dokter menyuntikkan jarum infus ke punggung tangan kiri saya, di sedot beberapa darah untuk keperluan uji lab.
Setelah dinfus, ada lagi yang bikin lebih deg-degan. Tentu saja, test SWAB PCR. Ternyata begini rasanya, benda asing masuk ke hidung dan diputar-putar sampai saya meneteskan air mata (tentu saja bukan karena terharu).
Untunglah, karena saya sudah vaksin Covid-19, Astungkara hasil test PCR saya negatif, sehingga tidak perlu dirawat di kamar isolasi. Setelah test PCR, saya juga melakukan rotgen torax dan test urine.
Jadi, rangkaian test ini kalau diurut ada 5, yaitu :
- USG
- Test darah
- Swab – PCR
- CT-Scan Thorax
- Test urine
Setelah semuanya OK dan hasilnya sesuai, saya di bawa ke kamar rawat inap. For your information, BPJS saya ini golongan kelas III, sehingga 1 ruangan terdiri dari lebih dari 2 pasien. Saat itu, ruangan rawat Inap Cendrawasih 2 terdiri dari 6 pasien.
Not bad lah karena kondisi kamarnya bersih dan tidak bau rumah sakit. Yang paling penting, perawatnya ramah-ramah.
Setelah beberapa saat, saya disuntik antibiotik melalui saluran infus. Rasanya cukup perih, huhuhu. Rasanya, cairan itu langsung menjalar ke pembuluh darah saya.
Karena akan menjalani operasi keesokan harinya, malam itu saya diminta untuk puasa makan dan minum sekaligus tidak boleh buang air kecil. Kurang lebih saya puasa sekitar 8 jam.
Dengan pikiran yang tenang dan ikhlas, malam itu saya gunakan waktu untuk berdoa dan istirahat. Semoga operasi besok berjalanan lancar.
Hari H Operasi Radang Usus Buntu
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali saya bangun dan bersiap-siap sesuai anjuran perawat. Beruntung, saya bisa tidur nyenyak kemarin malam sehingga tidak ngantuk sama sekali. Saya langsung bergegas mandi dan menggunakan pakaian operasi.
FYI lagi guys, itu baju operasinya terbalik, wkwkwkwk. Seharusnya, talinya diikat di belakang untuk memudahkan perawat melakukan proses bius nantinya. Eh saya malah ikatnya di depan seperti kimono waktu internship di Jepang. Hahaha.
Setelah semua siap, perawat mengantar saya ke ruangan operasi. Sayangnya, saat itu lift di lantai itu rusak, sehingga harus didorong manual melalui jalan darurat. Ruang operasi berada di lantai 3 sedangkan kamar rawat inap di lantai dasar.
Terbayangkan betapa kerasnya perjuangan para petugas di sana?
Singkat cerita, tiba saatnya saya dioperasi. kebetulan saya dapat giliran pertama. Tepat 09.00 saya masuk ruangan operasi yang begitu dingin.
Saya tidak pernah membayangkan, prosedur operasinya akan selengkap ini. Ternyata operasi usus buntu termasuk salah satu operasi besar. Di dada saya dipasang elektroda untuk mengetahui gelombang denyut jantung, tekanan darah, oksigen yang diserap tubuh, temperatur, dan frekuensi pernapasan.
Selain itu, tensi juga diperiksa selama 5 menit sekali, hidung pun dipasang alat bantu pernapasan. Kedua tangan ditelentangkan.
Setelahnya, saya diminta meringkuk ke kanan seperti bayi dalam kandungan, untuk dibius di sumsum tulang belakang. Beberapa saat obat bius itu bekerja dan saya sama sekali tidak merasakan apapun dari dada hingga kaki. Semua mati rasa.
Namun saya masih sadar sepenuhnya kok! Saya masih bisa melihat para dokter dan tenaga medis, masih bisa mendengar suara mesin detak jantung. Bersyukur, saya tidak bisa melihat perut saya dibedah karena ditutup kain.
Saya ikhlas dan tenang, biarkan dokter bekerja maksimal. Beberapa saat saya tertidur dan operasinya pun ternyata sudah selesai.
Usus buntu saya pun berhasil diangkat. Dokter memberikan usus buntu yang dipotong pada bapak saya. Katanya, ada 3 lembar usus ukuran sekitar 6 cm dan berwarna hitam. Beruntung, kondisi radangnya belum pecah sehingga tidak sampai menjalar ke organ perut yang lain.
Kondisi Pasca Operasi Usus Buntu
Setelah operasi, saya kembali ke ruangan pemulihan dan opname lagi selama 2 hari sampai kondisi saya membaik, bisa kentut, buang air besar, dan jalan perlahan.
Saat opname, perawat pun secara rutin memeriksa tensi dan menyuntikan antibiotik melalui selang infus untuk mempercepat pemulihan.
H+1 pasca operasi saya berusaha untuk bergerak dan berjalan pelan-pelan, meskipun luka jahitan masih terasa sakit. Beruntung, saya memiliki support system dari keluarga yang setia menjaga dan merawat saya. Terima kasih!
Oh ya, makanan di Rumah Sakit Wangaya pun enak dan bisa saya makan dengan lahap. Seperti makanan rumahan pada umumnya, ditambah perawatnya yang ramah dan sigap.
Overall tidak ada drama yang berarti ketika saya menjalani operasi usus buntu. Terlebih masalah biaya, karena sudah tercover oleh Kartu Indonesia Sehat. Jika tidak, operasi radang usus buntu ini akan memerlukan biaya sekitar Rp 8.300.000.
Kondisi saya berangsur membaik setelah hari kedua pasca operasi dan bisa dirawat di rumah saja. Yeay!!
Sekian secuil cerita tentang pengalaman operasi radang usus buntu dengan BPJS Kesehatan di Rumah Sakit Wangaya. Semoga menjadi referensi dan pelajaran untuk kita semua ya, bahwa kesehatan adalah yang utama.
Untuk pemulihan pasca operasi radang usus buntu, kamu bisa baca pada artikel saya yang berjudul Makanan dan minuman yang baik untuk pemulihan pasca operasi usus buntu.
Siapapun kamu yang lagi berjuang dengan sakit radang usus buntu, semoga cepat sembuh ya!
Rasa sakit pasca operasi gmn kak.. aku besok operasi uda ketakutan g bisa tdur.
rasa nyeri karena luka operasi kak, gak bisa jalan awalnya tapi harus dipaksakan biar bisa segera pulih
Wah, senasib nih, klo saya tgl 11 Februari 2022. Tetapi sepertinya saya sudah parah karena sakitnya sampai seluruh perut. Saya sampai dipasang selang lambung dan kateter. Total 9 hari opname di RS
Wahh pengalamannya menarik banget nih kak, sekarang gimana kondisinya?
Alhamdulilah sudah baik, tapi belum boleh angkat angkat berat
Baca kisah kakak yang sakit usus buntu kok jadi merinding ya. Kalau telat penanganan bisa bahaya bahkan bisa fatal. Eh baca lagi salah satu sebab usus buntu karena sering konsumsi makanan yg diolah dengan cara dibakar ya? Makasih insight deh semoga nggak lagi kena usus buntu. Kita semua sehat, Aamiin
Amin Mba, karena sudah dipotong, saya sudah tidak punya usus buntu lagi nih. Semoga semuanya sehat selalu yaa Mba
aku pernah sekamar sama orang yang usus buntu. Untung segera ditindak. Kalau pecah usus buntunya di dalam bisa bahaya katanya
Iya bener banget Kak Inez. Bahaya kalau gak segera ditangani
Halo kak, kita satu pengalaman juga kak. Tgl 25 juni 2023 saya operasi usus buntu, dan harus opname 3 hari pasca operasi. Namun di tgl 3 Juli di jahitan operasi keluar cairan coklat dan berbau, akhirnya saya di opname lagi dan tgl 4 Juli jahitan saya dibuka lagi sampai sekarang. Dari hasil USG lanjutan infeksi hanya ada disekitar luka operasi dan tidak menyebar ke rongga perut lainnya, saat ini saya menjalani perawatan rutin ganti balut dan minum obat dari dokter, sambil menunggu untuk kontrol lagi untuk diperiksa apakah sudah bisa dijahit lukanya. Saya mau tanya, setelah dijahit kakak perlu waktu berapa lama agar lukanya jahitan kering dan menyatu kak?
semoga lekas sembuh yaa kakk.
saya kira-kira butuh 4 hari’an kak
huhu.. salah satu penyakit yang gak bisa disepelekan ya ini.. bahaya juga ternyata usus buntu kalau sampai radang gini. Btw RS nya enak nih sepi, jadi nyaman ya pas pandemi gini bisa dpt RS yang sepi hehe
Iya, bahaya kalau tidak segera ditangani.
Hehehe, awalnya di hari pertama RS nya penuh mba, tapi besok-besoknya ada yang pulang dan jadi sepi. Saya pasien terakhir yang pulang
Hai kak Natih, boleh tau gak waktu operasi dg BPJS itu pake laparoskopi atau bedah terbuka kak?
Aku baru didiagnosa pnyakit yg sama. Jadi khawatir
kyknya saya pakai laparoskopi deh kak
Sehat selalu, kak..
Semoga segera recovery yang paripurna yaa..
Radang usus buntu harus segera ditangani yaa..
Karena efeknya kalau terlambat bisa berbahaya.
Terima kasih atas doanya Mba Lendy
mba ini yang kapan hari kamu post di IG itu ya? semoga lekas pulih yaa mba.. dan segera sehat kembali seperti sedia kala. gak kebayang gimana sakitnya kalo usus buntu huhu.. syukurlah biaya2nya udah ditanggung ama negara yah
Iya Mba Nabila, hehe.
Sekarang sudah mulai membaik kok.
Iya untung yaa mba, dijamin BPJS
Owalah iya nih masyarakat banyak yamg keliru ya. Padahal, makanan pedas bukanlah pemicu utama penyakit radang usus buntu. Justru makanan yang diolah dengan dibakar ya.
Iya kak, sebenarnya karena bakteri sih. Pemicunya bisa bermacam-macam
Menjaga perut agar tetap sehat penting ya kak,
Kontrol makan pedas perlu ternyata,.
Lekas sembuh kak.
bukan hanya makanan pedas mas, makanan apapun juga kalau berlebihan juga tidak baik.
Apalagi kalau gak disiplin minum air putih
aakkkk Natiiihh cepet pulih yaaa, aku baru tau nih klo arang-arang pembakaran makanan juga bisa jadi pemicu radang usus buntu, aku kira karena pedes dan biji-bijian yg ga tercerna aja loh! stay healthy ya Tih
Terima kasih Kak Wulan. Sehat selalu yaa!
Akhirnya jadi pengalaman berharga ya kak. Bisa jadi cerita juga untuk diceritakan bagi yang lain. emang kudu aware banget kesehatan mulai dari sekarang terutama jaga makan ya kak
Iya bener banget kak
Ternyata lumayan juga untuk operasi usus buntu ini ya mbak. Syukurlah cepat ditangani dengan baik. Semoga segera pulih ya mbak dan bisa beraktivitas kembali.
Makan yang bakar-bakaran kalau terlalu banyak dan keseringan gak baik juga ya. Noted nih, sehat² terus ya kak
Yes bener mba Fenni.
Sehat-sehat selalu juga yaa mba
Ya ampun baru aja aku mau beli sate padang nih, eh baca tulisan ini. Aku suka makan sate dan ayam bakar juga tapi gak sampe 4-5 kali seminggu sih. Semoga lekas pulih ya.
Iya mba, kurang-kurangi yaa. Minum air putih juga yang buanyak
Alhamdulillaah dah baikan yaa kak Natih sekarang? huhu, semoga sehat selalu. Jadi ingat ibuku dlu sempat telat penanganann usus buntu ini, sampai apendixnya pecah huhu ngeri bangett waktu itu
Amin, sudah membaik mba Jihan.
Wahh.. gimana tuh jadinya Mba? dioperasi dan sekarang sudah pulih kan?
Ya ampun Kak Natih.. Jadi inget dulu sahabatku juga ada yang operasi usus buntu dan aku ikut menemani.. kebayang sakitnya seperti apa.. Tapi sekarang sudah pulih kan kak? Sungguh ya, peristiwa di tanggal cantik yang tidak akan terlupakan sepertinya 🙂
Hallo kak! Astungkara sekarang sudah berangsur pulih, yang pasti udah gak sakit lagi di dalam perutnya.
Iya, bener banget tanggal cantik yang menggemaskan haha
Saat tahu penyebabnya makan sate, saya auto melotot lho Mbak. Lha saya ma anak-anak setiap minggu bisa 2-3 kali makan sate. Lha dibeliin mbahnya anak-anak e. Jadi serba salah. Tapi kayaknya setelah ini kami benar-benar stop dulu deh untuk sementara waktu. Menetralisir yang kemarin-kemarin. Untuk Mbak Natih, moga sehat selalu ya…
Hehehe, sate juga makanan favorit saya mba. Tapi karena saya gak disiplin minum air putih, sisa-sisa arang yang harusnya keluar ketika BAB jadi numpuk di usus buntu. Jadi, gpp sebenernya makan sate tapi jangan keseringan dan imbangi dengan air putih
Udah lama nih ngga mampir RS Wangaya. Dulu sering ke sini selain ke RSUP Sanglah. Buat jenguk temen yg sakit sih.
Wah semoga lekas sembuh ya kak, abis operasi ini. Kurang2in deh makan2 makanan bakar2an. Aku baru tahu loh. Kirain cuman makanan pedas aja nih yg bikin usus buntu. Ternyata masih ada penyebab lain yg bikin peradangan di usus itu.
Tetap jaga kesehatan dan tetap semangat kak.
Iya mas, sebenarnya sih karena terlalu sering makan makanan yang dibakar dan jarang minum air putih. Jadi air putih itu kunci penting banget untuk kesehatan
Wah, habis operasi ya mbak
Semoga lekas pulih ya mbak
Dan sehat selalu kedepannya
Sebagai penyuka makanan pedas sepertinya artikel ini jadi warning nih. Mencoba mengurangi pedas ah mulai sekarang. Emang segala sesuatu yang berlebih-lebihan itu tidak baik ya…
Beneran itu masih sadar, dan gak ngerasain apa-apa waktu di bedah gitu? omg gak bisa bayangin sih, semoga bisa cepat pulih ya Kak.. Pengalaman operasinya bikin deg-degan banget, tapi jadi tau proses dan alurnya seperti apa.. Insipired banget!
Iya kak, masih sadar kok, cuma yaa ngantuk gitu. Bener-bener gak kerasa apapun selama dioperasi
Terima kasih yaa Kak atas doanya. Sehat selalu
Makasih sudah berbagi pengalamannya Mba Natih, semoga segera pulih seperti sedia kala ya.
Keren banget semangat nulisnya, kayaknya baru kemarin aku liat IGSnya Mba Natih masih di rumah sakit, ini udah cerita aja di blognya, mantap! Hehe
haii Mba Ning! iyaa nih harus tetap produktif Mba, udah 4 hari di RS gak ngapa-ngapain